REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Kondisi cuaca akhir tahun 2013 yang disertai dengan hujan lebat diduga berpengaruh terhadap penurunan luas panen padi pada akhir tahun dan berakibat pada melambatnya sektor pertanian terhadap perekonomian daerah itu.
Selain itu alih fungsi lahan padi juga berpengaruh terhadap kontraksi pertumbuhan luas panen padi di periode 2013, demikian Laporan Bank Indonesia Wilayah III Bali dan Nusa Tenggara dalam Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013, Jumat (28/2).
Perlambatan yang terjadi di Sektor Pertanian tersebut terus berlangsung secara konsisten sejak awal tahun 2013 sehingga untuk keseluruhan tahun ini, pertumbuhan sektor pertanian melambat dari 3,37 prsen di tahun 2012 menjadi sebesar 1,39 persen.
Perlambatan tersebut dipicu oleh perlambatan yang terjadi di subsektor perkebunan serta peternakan. Isu alih fungsi lahan pertanian/perkebunan yang terus terjadi di sepanjang tahun 2013 menjadi salah satu faktor pendorong terjadinya perlambatan di sektor pertanian.
Jika ditinjau berdasarkan subsektor, subsektor peternakan merupakan pendorong perlambatan sektor pertanian yang terjadi di triwulan iV-2013. Pertumbuhan subsektor ini melambat dari 2,22 persen di triwulan sebelumnya menjadi terkontraksi sebesar 1,74 persen pada Triwulan IV-2013.
Tingginya curah hujan di akhir 2013 berpengaruh pada produksi subsektor peternakan, khususnya peternakan ayam dan sapi. Sedangkan subsektor lainnya, seperti tanaman bahan pangan menunjukkan peningkatan pertumbuhan dari 1,04 persenmenjadi sebesar 1,53 persen pada Triwulan IV 2013.
Hal tersebut sejalan dengan perkembangan produksi padi di Bali yang berdasarkan hasil publikasi Angka Ramalan (ARAM) menunjukkan peningkatan pertumbuhan sebesar 1,43 persen, meningkat dibanding kuartal sebelumnya yang tumbuh 0,91 persen.
Walaupun pertumbuhan produksi padi cenderung menunjukkan peningkatan, namunpertumbuhan luas panen padi menunjukkan kontraksi sebesar 2,14 persen pada periode September Desember 2013.
Begitu pula dengan volume ekspor untuk komoditas perikanan yang tumbuh melambat dari 18,30 persen menjadi 10,07 persen ini diduga akibat cuaca yang kurang menguntungkan di laut sehingga tangkapan nelayan dan pengusaha kurang menggembirakan.