Selasa 25 Feb 2014 18:07 WIB

Lapas 'Overload' Picu kerusuhan

Lapas (ilustrasi)
Foto: ANTARA FOTO
Lapas (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Mantan penjahat yang kini sudah menjadi ustadz, Anton Medan, menyoroti masalah over kapasitas di banyak lembaga pemasyarakatan (Lapas), sebagai pemicu terjadinya kerusuhan.

"Jelas berpengaruh kalau kapasitas satu kamar berisi tujuh, orang kentut masih jauh-jauh. Sekarang inikan dimuat 30-35 orang, tidur saja susah ada yang gantian. Kalau satu saja kentut itu bisa berantem mereka," kata Anton di Mataram, Selasa (25/2).

Hal ini disampaikan Anton usai berkunjung dan memberikan ceramah kepada ribuan narapidana di Lapas Mataram. Menurut Anton, dari 474 lapas yang pernah ia kunjungi di berbagai daerah, hampir seluruhnya mengalami over kapasitas termasuk lapas Mataram.

Meledaknya jumlah penghuni lapas ini, kata dia, diperparah dengan minimnya jumlah anggaran untuk peningkatan keterampilan narapidana, serta biaya makan dan minum napi, yakni satu orang hanya mendapatkan jatah Rp7.600 untuk biaya makan per hari.

Untuk biaya kesehatan, lanjut dia, narapidana yang dulunya mendapatkan jatah Rp1.000 untuk satu orang, saat ini justru tidak mendapat tunjangan kesehatan sama sekali. Kondisi ini, lanjut dia, jauh berbeda dengan keadaan lapas di era tahun 80-an saat ia menjalani hukuman 18 tahun penjara. Saat itu, tidak pernah terjadi over kapasitas lapas.

Ia mengatakan, over kapasitas yang terjadi saat ini disebabkan karena jumlah narapidana kasus narkoba yang semestinya mendapatkan rehabilitasi, justru ikut ditahan di sel tahanan. Hal ini diperparah dengan ditutupnya judi gelap, sehingga banyak pengusaha judi gelap beralih profesi menjadi bandar narkoba.

Namun menurutnya, penambahan jumlah bangunan dan kapasitas Lapas bukan merupakan jalan keluar untuk mengatasi over kapasitas berbagai lapas di Indonesia. "Kalau bangun LP saja tidak selesai persoalan, karena masuk ke LP itu bukan selesaikan masalah tetapi justru tambah masalah. Yang tadinya maling sepeda, keluar LP jadi maling motor," kata Anton.

Untuk itu, butuh kerja sama antara masyarakat dan pemerintah mengubah image lembaga pemasyarakatan menjadi lebih baik. Selain itu juga memberikan kesempatan kepada para napi untuk bertaubat dan memberdayakan mereka usai bebas dari sel penjara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement