Senin 24 Feb 2014 13:53 WIB

Air Bengawan Solo Naik, Bojonegoro Waspada

Bengawan solo (ilustrasi)
Foto: Antara/Aguk Sudarmojo
Bengawan solo (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,BOJONEGORO--Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur (Jatim) mewaspadainya naiknya air Bengawan Solo di wilayahnya yang terjadi dalam beberapa hari ini, meskipun masih di bawah siaga banjir.

"Naiknya air Bengawan Solo di Bojonegoro disebabkan pengaruh hujan lokal, juga hujan di Ngawi," kata Kasi Kesiapsiagaan BPBD Bojonegoro Suhadi, Senin.

Data di BPBD setempat, ketinggian air Bengawan Solo pada papan duga di Bojonegoro mencapai 12.74 meter (siaga I-13.00 meter), Senin pukul 12.00 WIB.

Sedangkan Bengawan Solo di Karangnongko, Kecamatan Ngraho, sekitar 70 kilometer dari Kota dalam waktu bersamaan juga mengalami peningkatan, meskipun masih di bawah siaga banjir dengan ketinggian 25,75 meter.

"Kalau hari ini di daerah hulu Ngawi tidak terjadi hujan ketinggian air di Bojonegoro akan turun. Sebaliknya kalau di Ngawi dan sekitarnya terjadi hujan maka Bengawan Solo di hilir Jawa Timur masih akan terus naik," jelasnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan pihaknya sudah menyiapkan berbagai kebutuhan dalam menghadapi ancaman banjir fase II Bengawan Solo di wilayahnya.

"Berbagai kebutuhan menghadapi banjir sudah kita persiapkan, baik prasarana dan sarana evakuasi warga, bantuan makanan, juga personel dan lainnya," katanya, menegaskan.

Selain itu, ia juga sudah meminta seluruh camat di wilayahnya mengajak masyarakat untuk menggelar doa bersama untuk mencegah terjadinya bencana.

"Permintaan doa bersama ini kami sampaikan melalui surat hari ini agar seluruh camat mengajak masyarakat untuk menggelar doa bersama di wilayahnya masing-masing, sebagai upaya mencegah terjadinya bencana sejak dini," tuturnya.

Ia menjelaskan permintaan tersebut merupakan tindak lanjut dari surat edaran (SE) dari Gubernur Jatim Soekarwo yang meminta bupati/wali kota se-Jatim menggelar doa bersama dengan memobilisasi masyarakat sebagai usaha mencegah terjadinya bencana.

"Mungkin kejadian bencana di Jatim, seperti tanah longsor, letusan Gunung Kelud, juga banjir yang mendorong munculnya gagasan doa bersama," ujarnya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement