REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Senin pagi naik 25 poin menjadi Rp11.705 dibanding sebelumnya di posisi Rp11.730 per dolar AS. "Laju nilai tukar rupiah masih menunjukkan apresiasinya ditopang oleh beberapa data positif domestik di antaranya Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal empat 2013 yang surplus sebesar 4,4 miliar dolar AS," kata Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada di Jakarta, Senin.
Ia mengemukakan, perbaikan neraca pembayaran Indonesia itu ditopang dari defisit transaksi berjalan yang menurun cukup tajam menjadi 4 miliar dolar AS atau 1,98 persen dari PDB. Di sisi lain, lanjut dia, laju dolar AS juga masih menunjukkan pelemahan terhadap mata uang dunia, terutama setelah pelaku pasar merespon penurunan manufaktur AS.
Kendati demikian, Reza mengatakan, laju nilai tukar rupiah dibayangi aksi ambil untung, selain itu pelaku pasar uang juga khawatir akan dirilisnya revisi UU minerba yang akan mengetatkan kebijakan larangan ekspor bahan mentah sehingga nantinya dapat mengganggu kinerja neraca perdagangan
Analis Monex Investindo Futures, Zulfirman Basir menambahkan data AS yang bervariasi meredakan kekhawatiran investor atas proyeksi kebijakan pengurangan stimulus keuangan (tapering off) the Fed. "Sentimen AS itu memberi dorongan positif bagi mata uang negara-negara berkembang, termasuk rupiah. Rupiah mungkin akan diperdagangkan di kisaran Rp11.655-Rp11.770 per dolar AS untuk hari ini (24/2)," katanya.