Senin 24 Feb 2014 08:40 WIB

Buku Islam Diminati

 Pengunjung yang didominasi pelajar memadati salah satu stan pameran buku Islami dalam pagelaran Islamic Book Fair (IBF) di Jakarta.
Foto: Republika/Agung Supri
Pengunjung yang didominasi pelajar memadati salah satu stan pameran buku Islami dalam pagelaran Islamic Book Fair (IBF) di Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Fuji Pratiwi

IBF mengampanyekan budaya membaca.

JAKARTA – Penerbit meyakini buku-buku Islam mempunyai pasar yang tetap besar. Menurut mereka, Islamic Book Fair (IBF) yang diselenggarakan setiap tahun termasuk tahun ini menjadi buktinya. Banyak orang mencari buku Islam di pameran ini.

‘’Pasar buku Islam masih sangat luas,’’ kata Chief Editor Penerbit Republika Irwan Arifianto, Ahad (23/2). Kecenderungan membaca buku Islam cetak pun, jelas dia, masih baik walaupun sekarang ada buku dalam bentuk digital.

Menurut dia, distribusi yang terbatas pada toko buku besar sebenarnya bisa jadi peluang pagelaran bazar-bazar buku Islam seperti IBF untuk lebih bisa dikenal dan meraih peminat yang lebih banyak, terutama di wilayah timur Indonesia.

Pada IBF 2014, penerbit ini akan memberikan potongan harga dari 20 persen hingga 75 persen untuk sekitar 5.000 buku terbitannya.’’Kami juga akan membuka Republika Cafe untuk mempertemukan pengunjung dan penulis buku,’’ kata.

Buku berjudul Amelia karya Tere-Liye dan Ayah karya Irfan Hamka menjadi buku unggulan Penerbit Republika di IBF tahun ini. Kedua penulis ini pun rencananya hadir dan bercerita tentang buku yang mereka tulis.

Buku lainnya, Tasawuf karya Fetullah Gulen dan Tasawuf Moderen karya Nasaruddin Umar. ''Buku Islam yang tak harus membuat pembaca mengernyitkan dahi,'' kata Irwan tentang buku itu. Optimisme yang sama dimiliki Direktur Operasional Penerbit Zikrul Hakim Bestari Amalia Safitri.

Jika dibandingkan pameran lainnya, IBF termasuk pameran buku yang terbesar dan bisa menarik banyak orang.

Membeludaknya pengunjung menunjukkan buku Islam sangat diminati. Amalia mengatakan, buku-buku karya Ustaz Yusuf Mansur dan Ustaz Arifin Ilham jadi andalan.

Direktur Penerbit Akbar Media M Anis Baswedan mengungkapkan buku-buku referensi mereka tawarkan kepada pembaca.

Penulisnya, mayoritas berasal dari Timur Tengah. Buku baru yang diluncurkan di IBF adalah Tuntunan Shalat Nabi karya Ibnu Qoyim al-Jauziyah.

Anis mengklaim, buku-buku referensi semakin banyak dicari. Ini terjadi seiring kian maraknya kajian tentang Islam.

Sementara, perwakilan Bumi Aksara, Edi Zuarman, mengatakan, IBF bisa membantu meningkatkan minat baca anak-anak.

Menurut dia, minat baca anak Indonesia masih rendah. Mayoritas anak-anak memiliki buku setelah agak dipaksa, hanya sedikit yang membeli buku atas kesadarannya. Di Malaysia, anak-anak memiliki dua hingga tiga buku bukan hal yang mengherankan.

Edi melihat faktor penentunya orang tua. Beruntung, di IBF dorongan orang tua untuk membuat anaknya gemar membaca lebih besar. Banyak orang tua yang mengajak anaknya datang ke IBF. ''Jadi pameran ini momen pas membudayakan membaca.’’

Peningkatan budaya membaca ini memang ditekankan panitia IBF. Dalam soft launching IBF 2014, pada Ahad (23/2) spanduk-spanduk besar bertulis Gerakan Indonesia Membaca diusung peserta pameran buku itu. Mereka berjalan dari Patung Kuda Monas ke Bundaran HI.

Ketua Panitia IBF 2014, Abdullah Fanani menyatakan selain mengabarkan IBF akan digelar pada 28 Februari hingga 9 Maret, karnaval ini menjadi sosialisasi gerakan budaya membaca. Ia mengakui, minat baca masyarakat Indonesia masih rendah.

Dalam soal ini, Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan Malaysia dan Singapura. ‘’Kami terus berkampanye kepada masyarakat untuk menjadikan membaca sebagai budaya,’’ katanya.

Ketua Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) DKI Jakarta Afrizal Sinarno menjelaskan salah satu cara mencerdaskan masyarakat adalah memperbanyak membaca. Ia mengatakan, kunci minat baca adalah orang tua. ‘’Semua berawal dari rumah.’’

Orang tua, terutama ibu, harus mengenalkan budaya membaca sedini mungkin kepada anak-anaknya. Jangan sampai anak-anak kaget saat pertama kali mengenal buku adalah buku teks ketika mereka masuk sekolah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement