Jumat 21 Feb 2014 09:24 WIB

Jurnalis Muslim Diminta Jaga Ruh Keislaman

Koran Republika
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Koran Republika

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Amri Amrullah

JAKARTA — Para jurnalis Muslim yang berkiprah di media massa nasional diminta tetap menjaga semangat keislaman dan keberpihakan dalam memberitakan Islam yang benar.

Dalam diskusi terbuka Islam dan Media Berita beberapa pemimpin redaksi (pemred) media massa nasional sepakat tetap menjaga ruh keislaman dalam setiap pemberitaan.

Beberapa pemred media nasional turut hadir sebagai narasumber diskusi, di antaranya Pemred Republika Nasihin Masha, Pemred Jurnal Nasional Budi Winarno, Pemred “Liputan 6” SCTV Mauluddin Anwar, dan Pemred media online Detik.com Arifin Asydhad. Serta, beberapa tamu dari kalangan jurnalis dan pemerhati pers nasional.

Tokoh pers Islam nasional Parni Hadi berpesan kepada para jurnalis Muslim yang bekerja di media nasional manapun tetap menjaga ruh keislaman demi perbaikan pemberitaan Islam yang rahmatan lil alamin.

“Jurnalis Muslim harus bisa menyampaikan berita yang diolah bukan pada pragmatisme media, tapi pemberitaan yang adil dan objektif memandang Islam,” ujar Parni sesaat setelah diskusi selesai, Selasa (18/2).

Parni mengungkapkan, jurnalis Muslim seharusnya menjaga ruh keislaman dengan menghindari berbagai fitnah, gibah, dan konten yang dapat merusak moral bangsa Indonesia. Ia menekankan pada sisi positif kemanusiaan.

Bukan hanya memunculkan simbol Islam semata, melainkan juga memperlihatkan substansi keislaman. “Bangun Islam yang inklusif bukan Islam yang eksklusif, jadi spiritnya Islam,” kata Parni tegas.

Pernyataan Parni tersebut terkait dengan adanya kekecewaan dari kalangan Muslim kepada media nasional mainstream yang sering kali menyudutkan dan memberitakan sisi negatif Islam.

Beberapa pemred media nasional yang turut hadir dalam diskusi ini menyampaikan pentingnya menjaga ruh keislaman ketimbang hanya mengedepankan simbol Islam dalam pemberitaan.

Pemred “Liputan 6” SCTV Mauluddin Anwar mengakui banyak tuduhan pemberitaan media massa nasional mainstream cenderung menyudutkan Islam. Namun, pihaknya membantah ada upaya seperti itu di “Liputan 6” SCTV.

Mauluddin mengatakan, sebagai jurnalis Muslim yang bekerja di media televisi swasta nasional, ia menilai lebih penting menjaga ruh keislaman tersebut.

Ia menilai, sangat tidak mungkin menunjukkan Islam yang simbolik di tengah media massa nasional yang bukan berhaluan agama tertentu.

“Saya rasa hampir semua program dan pemberitaan yang kita tayangkan tidak ada sama sekali upaya menyudutkan Islam dari sisi apa pun, kecuali yang kami sampaikan adalah fakta yang terjadi,” ujarnya memaparkan.

Ia mengakui, terdapat fakta yang terjadi di lapangan hampir sebagian besar mereka yang korupsi merupakan Muslim. Begitu pula tindak pidana yang lain, seperti terorisme dan kekerasan.

Hanya, ujarnya, hal tersebut terjadi karena Indonesia memang mayoritas Muslim. Menurutnya, ini kemudian disalahartikan seolah-olah media nasional selalu menyudutkan Islam karena memberitakan sisi negatif Islam.

Padahal, kata Mauluddin, hampir semua media nasional, baik cetak maupun televisi, memiliki jurnalis yang sebagian besar juga Islam. “Fungsi media adalah kontrol. Bila ada penyelenggara negara yang merugikan masyarakat, kita mengkritisi itu,” kata alumnus Pondok Modern Gontor ini.

Ia menyampaikan kritik tersebut juga tetap dalam koridor yang benar sesuai dengan kode etik jurnalis dan nilai-nilai keislaman yang pantas.

Pemimpin Redaksi Republika Nasihin Masha mengkritisi lemahnya umat Islam membuat agenda setting dalam merangkul media. Kegagalan ini menjadikan agenda umat Islam tidak menjadi agenda media secara keseluruhan.

Ketika tidak menjadi agenda bersama dari media, kata Nasihin menjelaskan, ini juga tidak menjadi agenda pemerintah dan masyarakat secara keseluruhan.

Nasihin menekankan realitas yang terjadi itu cukup banyak, namun hanya sedikit realitas tersebut menjadi realitas media untuk diangkat sebagai berita.

Karena, sekali lagi ia menegaskan tugas media, yakni melihat suatu permasalahan yang sangat menonjol di masyarakat. Jadi, katanya, bagaimana pesan Islam yang benar bisa disampaikan ke media tergantung bagaimana kalangan Islam mengemasnya.

Di sisi lain, ia melanjutkan faktor lain pun menjadi pengaruh lain dalam pemberitaan, termasuk Islam di media tersebut. Beberapa faktor ini, di antaranya kehidupan wartawan itu sendiri.

Bagaimana latar belakang seorang jurnalis, menurutnya, ikut memengaruhi pemberitaan terkait Islam. “Pintar-pintar kalangan Islam bagaimana bergaul dengan wartawan.”

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement