REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Hariyadi Permana, mengatakan setiap gunung memiliki dapur magma yang berbeda sehingga tidak ada perambatan aktivitas vulkanik.
"Jadi tidak ada gunung yang bersambung, semua magma terpisah. Kalau ada yang bilang satu meletus yang lain akan ikut, itu tidak begitu," kata Hariyadi Permana di Jakarta, Kamis.
Ia menjelaskan bahwa sumber magma memang dari lempeng yang meleleh yang sama, tetapi setiap gunung aktivitas vulkanisnya dikontrol oleh hal-hal yang berbeda.
Hal tersebut dapat dilihat dari aktivitas Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, yang tidak membuat gunung-gunung di sekitarnya bereaksi. Tetapi justru Gunung Kelud di Jawa Timur dan Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda yang jaraknya jauh yang justru erupsi.
Hariyadi menjelaskan bahwa kejadian vulkanik yang terjadi di Gunung Sinabung dan Gunung Kelud sama, karena ada lempeng tersuduksi dan pada kedalaman 400 kilometer (km) lempeng tersebut meleleh dan naik ke permukaan dalam bentuk cairan.
"Begitu dia (cairan lelehan lempeng) menemukan retakan-retakan maka dia akan keluar," ujar dia.
''Itu juga yang menjadi alasan mengapa luncuran atau lelehan terjadi di satu sisi gunung saja karena sisi lain tidak terdapat retakan,'' lanjutnya.
Karena itu, ia mengatakan naiknya status gunung api secara bersamaan memang karena lempengan yang bergeser sama, yakni Lempeng India-Australia. Tetapi jika lempengan di bagian satu gunung meleleh, maka belum tentu lempeng di bagian gunung yang lain meleleh.
"Yang jelas banyak kondisi di bawah permukaan yang berbeda," ujar Hariyadi.