REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Akibat abu vulkanik harga sayuran ,khususnya kol, tomat dan cabai rawit hijau cenderung turun karena terkena abu vulkanik sehingga warnanya menjadi putih-putih. Hal itu dikemukakan Kepala Seksi Pengadaan dan Penyaluran Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (Disperindagkop dan UMKM) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Eny Rosilawati pada ROL, Kamis (20/2).
Dari pantauannya di tiga pasar Yogyakarta (Beringharjo, Demangan dan Kranggan) kemarin, harga kol yang semula Rp 5.600 per kilogram (kg) turun menjadi Rp 5.333 per kg, harga tomat semula Rp 8.300 per kg menjadi Rp 7.800 per kg, harga cabai rawit hijau sebelumnya Rp 28.333 per kg menjadi Rp 24 ribu per kg.
Kalaupun ada harga yang naik, kenaikannya hanya sedikit seperti cabai rawit merah dari Rp 39.333 per kg menjadi Rp 39.833 per kg, cabai besar dari Rp 25 ribu per kg menjadi Rp 24.334 per kg.
Namun, kata Eny, barang yang dijual oleh para pedagang merupakan stok lama sebelum adanya hujan abu yang menimpa DIY. Para pedagang mengeluh pembeli masih sepi terutama para penjual warung makan yang berada di pinggir jalan.
Karena di jalanan masih banyak abu vulkanik, maka warung makan yang berada di pinggir jalan pun tidak berani buka. Hal ini mengakibatkan penjual sayuran di pasar sepi dari pembeli yang dalam jumlah banyak, sehingga stok barang masih stok lama.
''Kami belum tahu bagaimana setelah stok mereka habis, apakah sayur-sayuran akan naik atau stabil. Karena tanaman sayuran juga banyak yang terkena abu vulkanik. Padahal kalau daun-daunan terkena abu vulkanik biasanya tak tahan,''kata Eny.