Senin 17 Feb 2014 19:27 WIB

Trauma Healing ACT Hibur Pengungsi Korban Bencana

Hibur anak-anak korban bencana
Foto: Dok/ACT
Hibur anak-anak korban bencana

REPUBLIKA.CO.ID, KEDIRI --  Bencana alam kian akrab dengan bangsa ini. Selain menelan korban jiwa, berbagai penyakit pasca bencana mengancam para pengungsi. Ancaman penyakit seperti diare, ISPA dan penyakit lainnya lebih berbahaya dari banjir itu sendiri. Selain penyakit tersebut, stres pascabencana harus ditangani segera.

Ini menjadi ide bagi Fuad dan rekan-rekannya dari STIKES Karya Husada Kediri dalam menjalankan program trauma healing bersama lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) di lapangan. Trauma healing dipercaya dapat mengkondisikan anak-anak untuk beradaptasi dengan lingkungan baru di pengungsian.

Baru-baru ini, relawan trauma healing ACT mengajak anak-anak pengungsi yang berusia sekolah dasar menuju lapangan di sebelah gedung Serbaguna kecamatan Pare. Anak-anak menerima menu permainan edukasi untuk pengusir trauma dan beban psikologi yang disandangnya.

"Sekarang Kak Fuad tanya yaa, siapa mau jadi presiden?" Sontak, kerumunan 70 anak ini menjawab berteriak,"Saya!"

Besarnya dampak erupsi Keluad, mendorong Fuad bersama 13 kawan sekampusnya tak berdiam diri saja. Dengan semangat tulus berbagi, ia bergabung bersama Tim Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) dan ACT untuk berbuat sesuatu sesuai kemampuan mereka.

"Kami merasa terpanggil. ACT yang jauh dari Jakarta saja mau membantu korban di Kediri, masa kami ini warga Kediri hanya diam dan jadi penonton," ungkap Fuad yang saat ini didaulat menjadi Ketua Tim Trauma Healing ACT untuk Bencana Gunung Kelud.

Sebuah lontaran sontan anak muda Indonesia. Tentu kita meyaniki, masih banyak anak-anak muda negeri ini, memiliki semangat serupa. Indonesia, dengan anak-anak muda idealis seperti Fuad dan kawan-kawannya, terlihat penuh harapan. Kuatnya jiwa kemanusiaan kaum mudanya, menjadi pertanda negeri ini bakal sukses mengatasi ujian peradaban.

“Usai mengikuti Trauma Healing, anak-anak tampak tersenyum ceria dan senang, seolah-olah tidak ada kejadian apa-apa,” ujar Ruli Renata, salah seorang relawan ACT.

Selain itu, tim Disaster Emergency and Relief Management (DERM) – ACT, juga melakukan assesment untuk pendataan dampak erupsi Gunung Kelud tersebut dan pendirian Posko di 10 titik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement