REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Hasil pemeriksaan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang dilakukan oleh BBTKLPP (Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit) terhadap kandungan logam dari debu/abu vulkanik erupsi Gunung Kelud yang sampai di Yogyakarta semuanya masih di bawah ambang batas. Namun yang perlu mendapat perhatian adalah adanya Silika (Si) dan Besi (Fe).
Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Prof Tjandra Yoga Aditama pada Republika melalui surat elektroniknya yang dikirim Ahad malam (17/2) menyatakan walaupun semua kandungan logam dari debu vulkanik masih dibawah ambang batas, Silika akan berpotensi menimbulkan iritasi pada kulit, mata dan pernafasan karena Si berupa butiran kecil yang tajam.
"Sedangkan Besi (Fe) bila bertemu dengan air dan Mangan (Mn) maka akan menyebabkan air berbau amis dan berubah warna menjadi kecoklatan sampai kehitam-hitaman,''tulisnya.
Lebih lanjut dia menjelaskan untuk mengetahui kandungan logam, dilakukan pengujian dengan dua metoda yaitu USEPA dn TCLP. USEPA untuk mengetahui total kandungan per satuan berat, sedangkan TCLP untuk mengetahui konsentrasi yang terlarut (berapa konsentrasi logam tersebut yang bisa terlarut bila debu vulkanik terkena atau bercampur dengan air).
Secara umum ditemukan berbagai logam seperti Timbal, Tembaga, Krom, Seng, Mangan, Besi dan Silika. Dari hasil hasil ini semuanya masih dibawah ambang batas, namun yang perlu mendapat perhatian adalah adanya Silika (Si) dan Besi (Fe) (walaupun masih dibawah ambang batas).
Konsentrasi Silika dengan metoda USEPA adalah 187,806 mg/kg, sedangkan dengan metoda TCLP kandungan Si nya sebesar 1, 827 mg/l, sedangkan kandungan Besi dengan metoda USEPA 3.329, 057 mg/Kg, sedangkan dengan TCLP sebesar 0,680 mg/l. "Hasil TCLP yg melebihi ambang batas hanya Silenium (Se) namun senyawa ini memang ada secara alam dan berfungsi menyuburkan tanah," kata Prof Tjandra.