Jumat 14 Feb 2014 23:07 WIB

Warga Dilarang Mendekati Gunung Anak Krakatau

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Mansyur Faqih
Semburan material panas mengepul dari kawah gunung Anak Krakatau di Selat Sunda.
Foto: Antara/Rezza Estily
Semburan material panas mengepul dari kawah gunung Anak Krakatau di Selat Sunda.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Meski Gunung Kelud di Kediri, Jawa Timur, sudah meletus, namun aktivitas Gunung Anak Krakatau (GAK) di perairan Selat Sunda, Lampung-Banten, masih normal. Namun, warga masih dilarang mendekat dalam radius dua kilometer karena bau zat beracun masih menyebar.

Kepala Pos Pemantau GAK di Desa Hargopancuran, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Andi Suardi mengatakan, dalam dua hari terakhir terjadi peningkatan aktivitas vulkanik GAK. Namun masih di bawah 100 kali kegempaan dangkal. "Statusnya masih waspada, dan kondisinya normal," kata Andi, Jumat (14/2).

Ia pun masih memberlakukan larangan mendekat bagi wisatawan, nelayan, dan warga di wilayah gunung berapi tersebut. Karena bau belerang dan zat beracun masih tersebar di sekitarnya. "Radius dua kilometer, warga dilarang mendekat," katanya.

Sedangkan warga terdekat yang bermukim di sekitar GAK, di Pulau Sebesi, belum menampakkan keresahan. Warga masih melakukan aktivitas sehari-hari dengan normal. Meski aktivitas GAK masih berstatus waspada sudah tiga tahun lebih.

GAK pernah berupsi vulkanis pada pertengahan 2012. Saat itu, GAK mengeluarkan abu vulkanik hingga tinggi belasan meter. Abu vulkanis GAK ini pun sampai kota Bandar Lampung, yang berjarak hingga 120 kilometer. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement