REPUBLIKA.CO.ID, KABANJAHE — Hingga Rabu (12/2), 43 pos bencana Sinabung masih menampung puluhan ribu pengungsi. Mayoritas pos-pos itu berdiri di dekat posko utama bantuan seperti di Kecamatan Brastagi dan Kabanjahe.
Sedangkan beberapa lainnya berada di tempat-temapt terpencil yang bukanlah pekerjaan mudah untuk menjangkaunya. Atas dasar ini persediaan logistik tidak merata di setiap posnya.
Dari pantauan Republika, pos-pos yang berdiri di Kabanjahe misalnya, memiliki stok logistik berlebih. Makanan jadi, setengah jadi, minuman dan keperluan sandang membludak nyaris membuat pos-pos di sini seperti gudang barang.
Namun, pemandangan berbeda akan ditemui di pos-pos terpecil. Seperti di pos Desa Tanjung, Kecamatan Tiganderket dan Gudang Konco Kecamatan Payung.
Di dua pos tersebut, kebutuhan dasar hidup memang terpenuhi namun dengan jumlah terbatas. Alhasil, keperluan bagi mereka wajib diberikan setiap dua hari sekali.
Di pos Gudang Konco bahkan bantuan nyaris kosong, beruntung tim Satgana sempat memergoki pos yang dari depan tampak kecil padahal ketika masuk banyak pengungsi ditampung ini.
Saat itu, regu Satgana tengah melintas dengan dua mobil untuk mengirim bantuan ke desa tetangga tempat pos ini berdiri. Setelah melakukan tinjauan dan melihat keadaan pos minim logistik, bantuan pun diputuskan untuk diberikan kepada pos ini.
"Ya memang bantuan di setiap pos tidak merata, di daerah terpencil kebutuhan malah sering kurang," ujar Koordinator Palang Merah Indonesia (PMI) Junaedi Silalahi kepada Republika, Rabu (12/2).
Junaedi mengatakan, untuk itulah PMI membuat program pengiriman bantuan dasar hidup setiap dua hari sekali untuk pos-pos pengungsi yang berada di daerah terpencil.
Dia mengatakan, ada tujuh pos yang menjadi sasaran mereka setiap dua hari sekalinya. Yakni; Pos GBKP Tanjung dan Tanjung Pulo di Desa Tanjung, Losd Mbealang di Desa Mbelang, Jambur Siabang-abang di Desa Siabang-abang, Losd Tiga Binanga di Tiga Binanga, Losd Desa Perbesi, dan Gedung Pesantern Sirajul Huda.
Di pos-pos ini, PMI menyalurkan bantuan dari para donatur berupa sayuran segar, perlengkapan sandang, dan obat-obatan. "Di daerah sini kekurangan bantuan karena tempatnya jauh, donatur berpikir ulang untuk menyumbang ke sini," kata Junaedi.