REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Adanya ketidakpercayaan dan ketidakpuasan masyarakat terhadap pelayanan kanker di Indonesia dapat mengancam keluarnya devisa ke negara lain yang diyakini lebih mampu melakukan penanganan kasus kanker dengan baik.
Spesialis Penyakit Dalam dan Konsultan Onkologi dan Hematologi RSUP Dr Sardjito Johan Kurnianda yang mengutip dari data NHG IBDU mengungkapkan ada sekitar 100 ribu pasien per tahun atau 273 pasien
per hari warga Indomesia yang berobat ke Singapura.
Selain ke Singapura, tujuan berobat pasien asal Indonesia ke luar negeri adalah Malaysia dan Ghuang Zou China. Setiap tahun ada sekitar 26 ribu warga Indonesia berobat ke Malaysia. Banyaknya pasien asal Indonesia yang berobat ke luar negeri tentu saja mengakibatkan devisa negara tersedot ke rumah sakit di luar negeri.
Devisa negara yang 'lari' ke luar negeri karena warga Indonesia berobat ke rumah sakit di luar negeri diperkirakan mencapai sekitar 600 juta dolar Amerika per tahun atau sekitar Rp 7,2 triliun per tahun.
Menurut Johan, akibat dari banyaknya pasien yang lebih percaya dengan pelayanan terhadap pelayanan kesehatan di luar negeri tidak hanya berupa permasalahan ekonomi, melainkan juga menyangkut moral dan harga diri bangsa.