Rabu 12 Feb 2014 12:53 WIB

Soal Bus Rusak, Jokowi Salahkan Proses Tender

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Mansyur Faqih
Joko Widodo
Foto: Republika/Wihdan
Joko Widodo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) menyalahkan proses pengadaan bus melalui tender yang lambat dilakukan Dinas Perhubungan. Menurut dia, itu yang menyebabkan bus yang tiba sekarang sudah banyak yang rusak. 

Jokowi mengatakan, awal mula masalah ini karena tak ada perusahaan dalam negeri yang menyanggupi permintaan bus Pemprov DKI. Sebab jumlah bus yang diminta memang sangat banyak, yakni 656 unit. Mau tak mau, pemprov harus membeli bus impor dari Cina. 

Namun dalam prosesnya Dishub juga lambat dalam melakukan tender. Terlebih, ada tender yang gagal sehingga harus diulang. Akibatnya, program pengadaan bus ini pun jadi molor dari target. Proses yang panjang ini yang menurut Jokowi menyebabkan bus juga lama tiba di Jakarta.

"Memang problem-nya kita tahun kemarin pesannya banyak sekali. Dan di lokal memang tidak sanggup mengerjakan sebanyak itu. Tapi kalau persiapan sejak awal saya kira tidak akan seperti ini," ujarnya.

Karenanya, ujar Jokowi, tahun ini semua program pengadaan barang dan jasa harus menggunakan sistem e-catalog untuk memangkas waktu dan birokrasi yang lama. Selain itu setiap barang juga harus dicek secara detail spesifikasinya. 

"Sebenarnya, entah itu pake e-catalog atau pakai tender, barang itu harus dicek sesuai spesifikasinya," ucap dia. 

Lima unit bus Transjakarta dan 10 unit BKTB yang baru saja dioperasikan pada Januari lalu sudah mengalami kerusakan. Bus-bus itu kondisinya sudah tidak prima.
Seperti kaca spion retak, tutup speedometer kendur, oli power steering dan turbo sensor berkarat, serta tata letak kabel berantakan.
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Udar Pristono mengatakan, kerusakan bus terjadi akibat terkena air laut saat dikirim dari Pelabuhan Shanghai, Cina ke Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Dia mengatakan, cuaca buruk membuat proses pengiriman yang seharusnya dua pekan menjadi enam pekan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement