REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kompetensi yang dimiliki petani kakao dinilai masih minim. Padahal potensi budidaya kakao seharusnya cukup untuk membuat petani sejahtera.
"Petani terlihat enggan merawat tanamannya dengan baik," ujar Ketua Umum Asosiasi Kakao Indonesia (ASKINDO), Zulhefi Sikumbang, kemarin.
Salah satu faktor yang paling terlihat adalah banyaknya pohon kakao yang tingginya lebih dari empat meter. Padahal seharusnya pohon kakao rutin dipangkas untuk menghindari hama penyakit yang kerap menjangkiti pohon yang rimbun. Sedikitnya sebulan sekali pohon kakao harus dipangkas.
Untuk itu ASKINDO meminta pemerintah memberi dukungan yang tepat untuk petani. Caranya dengan menyediakan tenaga penyuluh untuk memberikan pendampingan kepada petani.
Selama ini dukungan yang diberikan pemerintah masih berputar sekitar pemberian pupuk dan bibit. "Ini (penyuluh) yang seharusnya ada dalam program Gerakan Nasional (Gernas) Kakao," katanya.
Zulhefi meyakini pembenahan kompetensi petani akan berdampak signifikan pada peningkatan produksi. Dalam waktu tiga tahun setelah pembenahan, target satu juta ton biji kakao per tahun bisa tercapai. Saat ini produksi biji kakao hanya mencapai 450 ribu ton per tahun.