REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Hujan yang turun dengan intensitas tinggi sejak awal Januari lalu, telah membuat tanaman cabai milik petani menjadi membusuk. Kondisi tersebut pun berimbas pada naiknya harga cabe di pasaran.
Seorang petani cabai merah di daerah Plered, Kabupaten Cirebon, Salim, mengatakan tanaman cabai yang telah ditanamnya tidak berkembang dengan optimal. Bahkan, cabai membusuk dan tidak bisa dipanen.
‘’Padahal, harusnya saat ini sudah mulai panen,’’ ujar Salim, Selasa (11/2).
Dalam kondisi normal, terang Salim, cabai merah yang dipanennya bisa mencapai 1,5 ton untuk lahan kurang dari seperempat hektare. Namun, akibat kondisi itu, produksi cabai merahnya merosot hingga 75 persen.
Salim mengatakan kondisi itu terjadi akibat tingginya curah hujan dalam beberapa pekan terakhir. Tak jarang, hujan juga membuat areal tanaman cabainya terendam banjir.
Hal senada diungkapkan seorang petani cabai merah lainnya, Juroh. Dia mengatakan hujan yang turun dengan deras mengakibatkan cabai yang telah siap dipanen menjadi busuk.
Juroh mengaku mengalami kerugian yang besar. Untuk modal menanam cabai merah, dia telah mengeluarkan uang sekitar Rp 10 juta. Namun, modal yang dia keluarkan hanya kembali sekitar 25 persennya.
Sementara itu, gagal panen yang dialami para petani cabai telah membuat harga si pedas itu meroket di pasaran. Harga cabai merah yang biasa dijual seharga Rp 15 ribu per kg, naik menjadi Rp 25 ribu per kg.
‘’Harga cabai merah sudah naik di tingkat pengepul. Karena itu, saya terpaksa ikut menaikkan harganya juga,’’ terang seorang pedagang sayuran di Pasar Pagi Cirebon, Wati.
Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Kehutanan Kabupaten Cirebon, Ali Efendi, saat dikonfirmasi, mengaku belum mendapat laporan mengenai hal itu. Namun, dia menyatakan curah hujan yang tinggi memang bisa membuat tanaman cabai jadi membusuk.