REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para kiai dan ulama umat diminta berhati-hati dalam memilih pemimpin nasional. Sebagai panutan, para kyai harus bisa memilih pemimpin yang mampu memecahkan masalah, bukan justru menjadi bagian dari masalah.
Ekonom senior Rizal Ramli mengatakan, dengan mengambil momentum pemilu, inilah waktunya para kyai dan ulama bersatu untuk menyelamatkan Indonesia dari keterpurukan yang lebih dalam lagi.
“Dalam sepuluh tahun terakhir ekonomi Indonesia tumbuh dengan semu. Pertumbuhan itu ditopang oleh harga komoditas yang bagus di pasar internasional dan arus masuk dana di pasar finansial," kata Rizal dalam siaran persnya, Senin (10/2).
Begitu harga komiditas jatuh dan uang di pasar keuangan berbalik, maka ekonomi Indonesia masuk ke area ‘lampu kuning’. Rizal meminta para kyai dan ulama mengambil peran sentral untuk menyelamatkan Indonesia agar kembali ke ‘lampu hijau’.
Menurut dia, selama ini rakyat dininabobokan dengan mitos tingginya pertumbuhan ekonomi yang diwujudkan dalam bentuk pertumbuhan per kapita (GNP) berkisar 5,5%-6%. Faktanya, rakyat tidak membutuhkan ekonomi makro. Tingkat sukses ekonomi sebuah negara sejatinya diukur dari indeks pembangunan manusia.
“GNP kita saat ini memang 3.500 dolar AS. Tapi itu adalah angka rata-rata. Kenyataannya 80% lebih rakyat kita masih miskin," kata Rizal.