REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Inflasi perdesaan di Bali yang hanya 0,88 persen selama bulan Januari 2014 lebih rendah daripada angka rata-rata nasional yang mencapai 1,16 persen.
"Dari 33 provinsi di Indonesia yang menjadi sasaran pengamatan, seluruhnya mengalami inflasi perdesaan satupun tidak ada daerah yang mengalami deflasi," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Panusunan Siregar, di Denpasar, Kamis.
Bali menempati urutan ke-24 dari 33 provinsi di Indonesia yang mengalami inflasi perdesaan dan kondisinya semakin membaik jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mengalami inflasi tertinggi di Indonesia, yakni 1,05 persen.
Inflasi perdesaan tertinggi pada bulan Januari 2014 terjadi di Bengkulu sebesar 1,62 persen dan terendah terjadi di Maluku hanya 0,35 persen.
Panusunan Siregar menambahkan bahwa kondisi inflasi perdesaan di Bali yang lebih rendah dari rata-rata nasional itu menunjukkan posisi daya tukar petani di Pulau Dewata sebesar 103,61 persen pada bulan Januari 2014, meningkat 0,23 persen dibanding bulan sebelumnya hanya 103,37 persen.
Kondisi itu menunjukkan posisi daya tukar petani Bali lebih tinggi dari rata-rata NTP nasional yang tercatat 101,95 persen pada bulan yang sama. Itu artinya tingkat kesejahteraan petani Bali masih lebih baik dibanding rata-rata secara nasional.
Panusunan Siregar menjelaskan bahwa subsektor utama yang mendorong naiknya NTP Bali adalah subsektor peternakan yang mengalami kenaikan sebesar 0,76 persen.
Berbagai komoditas pertanian yang dihasilkan petani dikelompok dalam lima subsektor, yakni tamanan pangan, hortikultura, tanaman perkebunan rakyat, peternakan dan perikanan.
NTP diperoleh dari perbandingan indeks yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani semakin tinggi NTP, namun semakin kuat pula tingkat kemampuan daya beli petani.