REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Memasuki awal Februari, harga beras di pasar tradisional Indramayu merangkak naik.
Hal itu dipicu belum adanya musim panen dan diperparah dengan banjir sepekan lalu yang merendam seluruh kecamatan di Kabupaten Indramayu.
Berdasarkan pantauan Republika di Pasar Baru Indramayu, Selasa (4/2), harga beras kualitas satu saat ini mencapai Rp 9.500 per kg, kualitas dua sebesar Rp 9.000 per kg dan kualitas tiga seharga Rp 8.500 per kg.
Padahal seminggu sebelumnya, harga beras kualitas satu masih Rp 9.000 per kg, beras kualitas dua Rp 8.500 per kg dan beras kualitas tiga Rp 8.000 per kg.
‘’Harga beras naik karena harga gabah di tingkat petani mahal dan stoknya pun hanya tinggal sedikit,’’ tutur seorang pemilik kios beras Alaydroes di Pasar Baru Indramayu, Wahyudi.
Wahyudi mengatakan, saat ini para petani belum memasuki musim panen. Bahkan, tidak sedikit petani yang harus mengulang musim tanam karena sawahnya terendam banjir. Akibatnya, hanya sedikit petani yang masih memiliki sisa simpanan gabah.
Wahyudi menambahkan, harga gabah simpan di tingkat petani saat ini mencapai Rp 5.700 per kg. Bahkan, ada petani yang hanya bersedia melepas gabahnya dengan harga Rp 6.000 per kg.
‘’Harga beras dan gabah baru akan turun bila para petani sudah memasuki musim panen raya,’’ kata Wahyudi menjelaskan.
Sementara itu, naiknya harga beras membuat beban ekonomi warga menjadi semakin berat. Hal itu terutama bagi warga yang menjadi korban banjir.
‘’Saat banjir minggu lalu, saya tidak dapat bantuan apapun. Semua kebutuhan pokok, termasuk beras, mengalami kenaikan,’’ keluh seorang pemilik warung nasi di Jalan Sudirman, Junah.
Dia mengaku, rumahnya kebanjiran hingga setinggi pinggang orang dewasa. Dia pun memilih mengungsi ke tempat kerabatnya yang lebih aman.