REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Dirjen Penyelenggara Haji dan Umroh Kemenag RI Dr.H.Anggito Abimanyu,M.Sc meluncurkan buku "Tangan Tak Terlihat" terbitan penerbit Mizan di Asrama Haji Yogyakarta Jalan Ring Road Utara, Sinduadi, Mlati Sleman, Jumat (31/1). Acara ini dihadiri Bupati Sleman Sri Purnomo, Rektor UGM Prof.Dr.Pratikno,M.Sc, Rektor UII Prof.Dr.Edy Suandi Hamid, Kakanwil Kemenag DIY Drs.H.Maskul Haji,MPdI dan segenap jajaran Kemenag DIY, serta ratusan hadirin yang kebanyakan pengurus KBIH se-DIY.
"Haji adalah panggilan," ujar Anggito di awal sambutan. Maksudnya lebih jauh, haji adalah madrasah terbaik untuk mencari Allah. Kenapa judul buku Tangan Tak Terlihat? "Dalam ekonomi ada istilah Invisible Hand atau Tangan Tak Terlihat yang menyebutkan pasar akan mencapai keseimbangan dengan sendirinya tanpa campur tangan. Meskipun kemudian dibantah karena adanya kegagalan pasar oleh para penganut paham Keynes” urai Anggito.
"Namun dalam haji, diyakini banyak tangan terlihat atau hidayah bahkan kemustahilan dalam perjalanan ibadah haji” katanya dalam siaran persnya yang diterima ROL, Sabtu (1/2).
Ada pengalaman menarik saat kali pertama Anggito dihubungi Menag Suryadharma Ali untuk mendesain keuangan haji. "Pada waktu saya presentasi di hadapan Menag katanya bagus dan seminggu kemudain ditelepon ditawari sebagai Dirjen PHU," ujar Anggito. "Bapak Menteri bercanda ......... Dirjen Haji itu berat, Pak," kenang Anggito saat dirinya berbincang dengan Menag SDA. Padahal dirinya waktu itu tengah mendaftar sebagai Ketua Otoritas Jasa Keuangan. Bahkan pernah gagal menjadi wakil Menteri Keuangan. Tapi Menag mampu meyakinkan dirinya untuk menduduki jabatan sebagai orang nomor satu di PHU. "Pak Anggito," ujarnya menirukan Menag, "jabatan sebagai Dirjen Haji itu lebih hebat daripada jabatan pemerintahan lainnya.....urusannya dunia dan akhirat." Akhirnya beberapa minggu kemudian, Anggito pun luluh.
Buku ini, kata Anggito, merupakan hasil perenungannya saat bertugas di Tanah Suci. "Salah satunya saya menulis tokoh-tokoh sejarah di Indonesia yang melakukan perubahan usai pulang haji," urainya yang mengaku sama sekali tak memiliki persiapan untuk menulis.
"Alhamdulillah, karena Tangan tak Terlihat buku saya bisa jadi, tulisannya mengalir saja tanpa outline sebelumnya," papar Anggito yang mengatakan penulisan buku ini dilakukan tiap malam hari di Makkah musim haji 2013 yang lalu dibantu seorang editor jurnalis, Yudhiarma SK.