Sabtu 01 Feb 2014 11:11 WIB

Jabatan Menteri Perdagangan Tak Perlu Orang Baru?

Rep: muhamad iqbal/ Red: Taufik Rachman
Gita Wiryawan
Foto: Republika
Gita Wiryawan

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pakar kebijakan publik dari Universitas Indonesia Andrinof Chaniago menilai, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak perlu mengisi kekosongan jabatan menteri perdagangan dengan orang baru.  

Selain karena masa bakti Kabinet Indonesia Bersatu II yang akan segera selesai, Andrinof menyebut, Presiden dapat mengangkat Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi untuk mengisi posisi yang ditinggalkan Gita Wirjawan tersebut.  

"Jadi komposisinya, Pak Bayu (Wamendag Bayu Krisnamurthi) menjadi menteri.  Sedangkan posisi wamen tidak perlu diisi.  Kementerian Perdagangan sebenarnya bisa berjalan tanpa wamen," ujar Andrinof kepada Republika, Sabtu (1/2).  

Kemarin, Jumat (31/1), Gita mengumumkan pengunduran dirinya dari jabatan menteri perdagangan Kabinet Indonesia Bersatu II.  Gita mengaku ingin fokus untuk menjadi calon presiden dari konvensi yang dihelat Partai Demokrat.

Mantan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal ini berdalih, pengunduran dirinya telah disampaikan kepada Presiden SBY sejak pertengahan 2013.  Namun, restu dari RI 1 baru diterimanya pada pekan ini.  

Terkait alasan tersebut, Andrinof mengatakan alasan tersebut sulit dipercaya.  "SBY seharusnya setuju karena mengundurkan diri dari jabatan publik adalah hak pribadi masing-masing.  Jadi seharusnya memang, Gita mengundurkan diri pada September atau Oktober 2013," kata Andrinof.

Senada dengan Andrinof, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran Ina Primiana menilai, kekosongan jabatan menteri perdagangan tidak perlu diisi oleh orang baru.  

Hal tersebut disebabkan, pejabat baru, kerap menginginkan kebijakan baru yang terkadang belum tentu sejalan dengan kebijakan yang telah ada.  "Jadi lebih baik, pilih Plh (Pelaksana Harian) menteri perdagangan.  Bisa itu oleh Menko Perekonomian atau Wakil Menteri Perdagangan.  Karena kabinet ini tinggal beberapa bulan lagi," kata Ina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement