REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengaku perasaannya campur aduk ketika mendengar proyeksi penduduk Indonesia di 2035 menembus 305 juta jiwa. Atau meningkat 28,6 persen dari jumlah penduduk saat ini yang sebesar 237,5 juta jiwa.
Angka tersebut nantinya akan membuat Indonesia menempati lima besar penduduk dunia setelah Republik Rakyat Tiongkok (RRT), India, Amerika Serikat, dan Nigeria. Di satu sisi, ia bersyukur negeri ini memiliki penduduk besar yang berpotensi membawa kemajuan.
Tapi ketika penduduk itu bukan human capital yang baik maka bisa menjadi masalah. "Kita ingin penduduk yang besar itu aset, bukan masalah. Penduduk besar itu mestinya berkah, bukan masalah," katanya, Rabu (29/1).
SBY mengatakan, jumlah penduduk 305 juta jiwa artinya banyak kebutuhan yang harus dipenuhi. Misalnya pangan, energi, hingga pendidikan. Ia mengatakan meski pertumbuhan mencapai 27 persen, bukan berarti kenaikan kebutuhan pokok masyarakat memiliki persentase yang sama.
Bisa jadi, lanjutnya, kebutuhan dasar itu naik menjadi 40 persen atau bahkan lebih. Menurutnya, ada dua pihak yang berperan untuk menjadikan jumlah penduduk yang besar itu menjadi berkah.
Pertama adalah pemerintah yang bertanggung jawab menyiapkan kebutuhan pokok, pangan, sandang hingga kesehatan serta pendidikan. Tak hanya itu jumlah usia produktif yang meningkat harus menjadi perhatian pemerintah untuk menyediakan lapangan kerja.
Kedua adalah masyarakat yang harus mematuhi pranata sosial dan pranata hukum. Hal itu menjadi kontribusi untuk memajukan bangsa dengan penduduk besar tersebut.
"Mereka tak boleh hanya menonton tapi juga peduli dan ikut serta sebagaimana mereka diharapkan sebagai warga negara," katanya.