REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta calon anggota legislative dan calon presiden tidak asal bicara ketika berdebat atau berkampanye.
Mereka, kata SBY, harus mengedepankan data. “Jangan sampai ada 10 Capres berdebat selama dua jam, sepuluh-sepuluhnya tidak mempunyai data. Memang menarik tetapi tidak tepat," kata Presiden SBY dalam pidato peluncuran buku 'Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035' di Istana Negara, Rabu (29/1).
Menurutnya, berdebat pun harus memiliki data yang valid dan benar. Sebab, data tersebut pun bisa ikut mendidik masyarakat tentang kondisi di Indonesia sekarang. Presiden meyakini kriteria masyarakat yang maju, yakni masyarakat yang memiliki pengetahuan, akal sehat, dan kuat dalam mengungkap data.
"Contoh begini kalau selama sembilan tahun ini ekonomi kita tumbuh tinggi di tengah-tengah dunia yang pertumbuhan ekonominya rendah, dari sudut pandang manapun entah kualitatif atau kuantitatif..ya tumbuh ekonomi itu," ucap Presiden.
Presiden berkata, data menyebutkan angka kemiskinan sejak 2004 sampai dengan 2014 turun, meskipun ada kenaikan sedikit pada 2005 saat ada kenaikan harga BBM kemudian turun lagi dan ketika pada 2008, dan 2013.
"Datanya begitu, faktanya begitu. Yang mengukur BPS, World Bank, atau IMF, ya seperti itu. Kalau ada yang berbicara harusnya ekonomi tumbuh lebih tinggi, harusnya angka kemiskinan dan pengangguran turun lebih rendah, itu bisa didebatkan, bisa didiskusikan. Yang penting datanya sama dulu,” katanya.
Presiden menegaskan tumbuhnya perekonomian, turunnya angka kemiskinan dan pengangguran secara nasional, pastilah sama dengan angka yang dilaporkan oleh para gubernur dari 34 provinsi.
"Tidak mungkin 34 provinsi ekonominya tumbuh, nasional turun. Kalau para gubernur menyampaikan kepada saya, Pak SBY inilah protret ekonomi kami tahun 2012 dan tahun 2013 yang lalu, pengurangan kemiskinan, penurunan angka pengangguran, dan angka pertumbuhan ekonomi. Seluruh 34 provinsi lebih dari lebih dari 70 persen tumbuh perekonomiannya, berkurang kemiskinan dan pengangguran, secara nasional pastilah sama," ujar Presiden memaparkan.