Rabu 29 Jan 2014 17:16 WIB

Ormas Islam Dukung DMI

Menara Masjid (ilustrasi)
Foto: Republika/Adhi.W
Menara Masjid (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ani Nursalikah

Masjid besar maupun kecil memperoleh layanan DMI.

JAKARTA — Ormas Islam mendukung pembenahan masjid yang digulirkan Dewan Masjid Indonesia (DMI). Pembenahan berfokus pada tata suara atau sound system masjid. Ini berlaku untuk seluruh masjid yang ada di Indonesia.

Ahad (26/1), 50 unit mobil pemelihara akustik masjid diluncurkan untuk memberikan layanan di Jawa dan Bali. Pada tahun ini juga akan diluncurkan 50 unit lainnya. Dengan demikian, nantinya ada seratus mobil yang dikerahkan DMI.

Bendahara Pimpinan Pusat Muhammadiyah Anwar Abbas mendukung gerakan DMI ini. Ia berharap DMI mengundang ormas Islam yang ada dan menjelaskan mengenai pemasangan tata suara masjid yang baik dan benar.

“Saya yakin gerakan ini pasti akan didukung,” kata Anwar, Senin (27/1). Ia mengakui, masjid-masjid Muhammadiyah memiliki sistem akustik yang belum tertata dengan baik. Ini khususnya terkait pengetahuan teknis mengenai pemasangan tata suara yang benar.

Muhammadiyah menyadari, sebetulnya hal itu perlu dibenahi. Namun, persyarikatan ini, Anwar menjelaskan, belum mempunyai anggaran khusus untuk pembenahan tata suara masjid. Ia beralasan, dana Muhammadiyah dari umat dan harus digunakan dengan amat cermat.

Selain itu, pembenahan tata suara di masjid-masjid milik Muhammadiyah juga belum menjadi suatu gerakan seperti yang dilakukan DMI. Perbaikan baru dilakukan berdasarkan sumbangan masyarakat yang digerakkan pengurus masjid.

Permasalahan yang sama dihadapi masjid-masjid yang dibangun Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII). Sebagian besar masjid itu berada di lokasi yang ekonomi masyarakatnya kurang mampu. Misalnya, di wilayah transmigrasi dan pedalaman.

“Dengan kondisi semacam itu, sudah pasti tata suara masjid belum memadai,” kata Ketua Umum DDII Syuhada Bahri. Ormas Islam ini telah membangun 1.000 masjid di seluruh Indonesia. Meski yang membangun DDII, pengelolaannya berada di tangan masyarakat.

Mereka cukup puas dengan tata suara masjid seperti sekarang. Menurut Syuhada, pengetahuan masyarakat di wilayah tersebut masih terbatas sehingga belum paham menangani tata suara yang canggih. Ada kekhawatiran jutsru ini membuat penggunaan teknologi tak optimal.

Apalagi, di daerah gangguannya tidak seperti kota besar yang bising oleh lalu-lalang kendaraan. Jamaah masjid pun tidak sebanyak di kota-kota besar. Meski demikian, ia sangat mendukung gebrakan DMI meluncurkan mobil pemelihara akustik masjid.

Syuhada memandang upaya pembenahan oleh DMI berorientasi pada masjid-masjid besar. “Alangkah baiknya setelah masjid-masjid besar rampung diperbaiki, kemudian bisa beralih ke masjid yang lebih kecil,” ujarnya.

Ketua Bidang Komunikasi dan Informasi DMI Rudiantara mengatakan pembenahan tata suara tak memandang ukuran masjid. Ia mengatakan, lembaganya tak peduli masjid besar atau kecil, semua dilayani.

“Prinsipnya masjid manapun dilayani selama mempunyai permasalahan akustik,” ujar Rudi sapaan Rudiantara. Meski demikian, koordinator program mobil pemelihara akustik masjid itu mengatakan, jenis layanan berbeda antara masjid besar dan kecil.

Untuk masjid besar atau mampu, memperoleh layanan berupa desain atau konsultasi. Sedangkan, masjid yang lebih kecil mendapatkan bantuan perbaikan atau penggantian sebagian sistem audio. Bahkan, ada juga yang penggantiannya menyeluruh.

Saat ditanya apakah pemeliharaan tata suara juga diberikan kepada masjid milik ormas Islam, Rudi menegaskan, DMI tak memandang soal latar belakang masjid. Jadi, perbaikan sistem audio ini berdasarkan pada permasalahan dan kemampuan masjid.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement