REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ani Nursalikah/Amri Amrullah
JAKARTA -- Masjid Jakarta Islamic Center berdiri megah di bagian utara Jakarta. Ketika masuk waktu shalat, kumandang azan terdengar dari pusat pendidikan Islam itu. Namun, kemegahan bangunan itu tidak sesuai dengan tata suara di dalam kompleks masjid.
Masjid yang terletak di Koja, Jakarta Utara, ini memiliki kendala tata suara. Jamaah tak mendengar sempurna karena suaranya terpantul. Masjid terbangun dari granit membuat suara terpantul, ujar staf Masjid Jakarta Islamic Center, Imun, Senin (27/1).
Akibatnya dalam radius tertentu, jamaah tak dapat mendengar suara dari mimbar dengan jelas, terutama jamaah yang berada di sudut masjid.
Sebenarnya, pihak masjid telah membeli sound system yang bermerek mahal. Namun, merek mahal tetap tak mengatasi keluhan itu. Jakarta Islamic Center, kata Imun, tetap membutuhkan penataan ulang sound system.
Pihaknya justru berharap pada program mobil akustik yang diluncurkan Dewan Masjid Indonesia (DMI) pada Ahad (26/1).
Sebanyak 50 unit mobil pemelihara akustik diluncurkan untuk memberikan layanan di Jawa dan Bali. Pada tahun ini juga akan diluncurkan 50 unit mobil lainnya, sehingga DMI mengerahkan 100 mobil pemelihara akustik.
Mobil pemelihara akustik ini membantu agar suara azan dapat didengar semua jamaah. Sistem pengeras suara yang jelek bisa membuat jamaah tertidur saat shalat Jumat.
Staf DMI Jakarta Islamic Center, Asman, menyatakan, program mobil akustik diluncurkan agar masjid-masjid mendapatkan perbaikan di bagian penataan suara. Fungsi mobil ini untuk perbaikan sound system masjid yang rusak di seluruh DKI, katanya.
Dengan mendatangkan mobil akustik, masjid yang membutuhkan perbaikan sound system tak akan dipungut biaya.
Semua biaya ditanggung DMI sebagai bentuk pelayanan kepada umat. Dana yang didapatkan masjid dari pemprov dan internal Islamic Center tidak digunakan untuk mobil akustik ini, kata Asman.
Tak hanya Jakarta Islamic Center yang menyambut baik program DMI ini. Pengurus Masjid Nurul Badar, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Abi Muchlis, berharap program ini bisa membantu masjid memperbaiki pengeras suara yang bersuara cempreng atau rusak.
Selama ini, biaya pengadaan dan perawatan sistem pengeras suara dirogoh dari kas internal masjid, yang merupakan sumbangan jamaah dan donasi warga.
Abi akan sangat senang kalau Masjid Nurul Badar mendapat bantuan perbaikan sound system. Meski, hingga kini pihaknya belum mendapat pemberitahuan mengenai perbaikan sound system itu dari DMI. Wah, kalau program itu kita tidak tahu, kata Abi.
Pengurus Masjid Sunda Kelapa Jakarta, Izzudin, mengaku sudah mendengar program DMI itu dari media massa.
Namun, belum ada pemberitahuan secara langsung ke Masjid Sunda Kelapa. Walau, selama ini masjidnya tak ada masalah dengan pengeras suara.
Apalagi, pembiayaan Masjid Sunda Kelapa tak hanya mengandalkan dari jamaah, tapi juga subsidi dari Pemprov DKI Jakarta.
Menurutnya, program yang diluncurkan DMI sangat berguna untuk membantu masjid-masjid kecil. Namun, untuk masjid agung seperti Sunda Kelapa dan Istiqlal mungkin tidak.
Ketua Departemen Informasi, Komunikasi, Kerja Sama Antarlembaga dan Hubungan Luar DMI Rudianta mengatakan, DMI tidak memandang ukuran masjid untuk memberikan layanan perbaikan tata suara.
Masjid manapun dilayani selama mempunyai permasalahan akustik,” ujar koordinator program mobil pemelihara akustik masjid itu.
Pengurus DMI Jakarta, Wariadi, menjelaskan, sudah tersedia 50 unit mobil untuk memberikan layanan pemeliharaan akustik.
Mobil-mobil itu akan disebar di beberapa kota di DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Khusus di Jawa Timur, Kota Malang ditetapkan sebagai pilot project.
Pantauan Republika hingga kemarin, 50 unit mobil DMI telah terparkir di halaman Masjid Istiqlal di dekat pintu masuk Assalam, tepatnya di sebelah kiri Radio Shoutul Istiqlal (RSI).
Saat ini, mobil DMI belum bisa dioperasikan karena belum terpasang pelat nomor kendaraan. Mobil berjenis Gran Max itu belum memiliki peralatan untuk melakukan perbaikan tata suara. Di dalam mobil itu terlihat kosong seperti halnya mobil ambulans dan hanya tampak satu lemari kesehatan.
Ketua DMI Jusuf Kalla pada Ahad mengatakan, penataan suara masjid agar tidak berdengung merupakan pekerjaan besar.
Dana yang dibutuhkan untuk perbaikan tata suara ini Rp 60 miliar per tahun. Atau, membutuhkan sekitar Rp 300 miliar untuk memperbaiki 100 ribu masjid selama lima tahun.
Kalla mengatakan, uang pemerintah bisa untuk membantu memelihara masjid. “Kalau bisa bangun masjid besar lagi, mengapa tak bisa untuk memelihara masjid lebih banyak?” katanya.
Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar mengapresiasi langkah DMI. Dia berjanji akan mengusulkan agar anggaran masjid ditingkatkan. Masjid, katanya, memiliki peran penting untuk memberdayakan umat.
Direktur Urusan Agama Islam Kementerian Agama Mukhtar Ali mengatakan, perbaikan masjid bukan hanya dari sisi penataan pengeras suara, tapi juga pengelolaan. Perbaikan pengelolaan masjid, terutama dalam hal pengelolaan dan pemakmuran masjid.
“Banyak masyarakat yang meminimalisasi fungsi masjid hanya untuk shalat, sehingga masjid cenderung sepi jamaah,” kata Mukhtar.