Selasa 28 Jan 2014 21:34 WIB

Berziarah ke Makam Soeharto

Mantan Presiden Soeharto
Foto: dailytelegraph.co.uk
Mantan Presiden Soeharto

REPUBLIKA.CO.ID,  Oleh Nina Ch

Tepat enam tahun silam, mantan presiden RI Soeharto wafat. Tak ada tanda-tanda istimewa di Astana Giribangun, tempat Soeharto di makamkan, Selasa (28/1) petang itu.

Suasana di kompleks pemakaman itu tampak sepi, di hari yang mulai gelap dan udara dingin yang menyelimuti Matesih, Karanganyar.

Tak ada tanda-tanda keramaian peringatan haul presiden ke-2 RI itu. Sampai siang, ada dua rombongan yang datang. "Dari Banyuwangi, Jawa Timur dan Banyubiru, Semarang," kata Sukirno, manajer kompleks pemakaman itu.

Tak juga datang putra-putri Soeharto. "Kalau Mbak Titik datang kemarin," kata pengurus pemakaman yang lain.

Sukirno memang tidak tengah mempersiapkan sebuah peringatan kecil sekalipun. "Belum ada pemberitahuan," katanya.

Adakah tokoh-tokoh yang datang? Sukirno menggeleng. Ia hanya menyebut kedatangan rombongan Ketua DPD RI Irman Gusman petang itu. Irman berziarah ke makam Soeharto di sela kunjungan kerjanya ke Solo pada 28-30 Januari. Ia bercerita telah berziarah ke makam Gus Dur enam bulan lalu.

Kesadaran bangsa

Ketika ditanya fenomena populernya kembali Soeharto, Irman menyebut kesadaran bangsa kembali pulih. "Bangsa kita emosional, kalau kagum, kagum benar. Kalau marah, marah benar," katanya.

Namun, Irman melihat ini sebagai proses bangsa yang makin dewasa. Menurut dia, dalam demokasi itu rasionalitas amat penting. "Demokrasi itu suatu proses, tidak bisa instan" tuturnya.

Setiap pemimpin, menurut Irman, mempunyai hal yang bagus. Ia menyebut kebaikan Soeharto seperti KUD, pertanian, bulog, swasembada beras. Pada era sukarno kebaikannya pada national character building, pada pemerintahan SBY pada dasar demokrasi yang baik.

Tugas pemimpin, kata Irman,  membimbing rakyatnya memilih hal yang baik, dan memperbaiki yang buruk.

Irman tak percaya akan terjadi kebangkitan kembali soehartoisme. "Tidak mungkin," cetusnya. Sebab, kini ada kondisi yang berbeda. Militer yang profesional, HAM yang berjalan, dan pers yang bebas.

"Tidak bisa membalikkan arah jarum jam," tegasnya.

Menjelang maghrib puluhan anggota rombongan dari Way Kanan, Lampung, tiba di kompleks Astana Giribangun untuk berziarah ke makam Soeharto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement