Senin 27 Jan 2014 06:42 WIB

'PPP dan PKB Tak Layak Gunakan Gambar Gus Dur'

Rep: Ahmad Islamy Djamil/ Red: A.Syalaby Ichsan
Gubernur Joko Widodo (berkemeja putih) terlihat mengenakan peci milik Gus Dur, pemberian dari Sinta Nuriah Wahid
Foto: ANTARA FOTO
Gubernur Joko Widodo (berkemeja putih) terlihat mengenakan peci milik Gus Dur, pemberian dari Sinta Nuriah Wahid

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dinilai sama-sama tidak layak menjadikan gambar mantan presiden RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur) untuk kepentingan kampanye mereka.

“Sebenarnya, tidak ada satu pun dari kedua parpol itu yang layak (memakai atribut Gus Dur). Hanya, karena faktor kedekatan yang dibangun secara instant dengan keluarga Gus Dur, ini kemudian menyebabkan PPP mendapat angin segar menjelang pemilu,” kata pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Firman Noor kepada ROL.

Menurutnya, jika dilihat dari sejarah politik Indonesia sejak 1999, pertikaian antara PKB dan PPP sebenarnya cukup tajam. Bahkan, kedua partai ini pernah mengalami masa saling berebut simpatisan Muslim.

Perlu dicatat pula, kata dia, PPP tidak pernah ingin dikuasai oleh Gus Dur. Sementara, Gus Dur pun tidak pernah mempunyai keinginan untuk masuk PPP.

Malahan, cita-cita Gus Dur adalah ingin merebut sebanyak-banyaknya suara dari PPP. Jadi ada semacam barrier sebetulnya antara Gus Dur dan PPP. Saya tidak yakin, jika Gus Dur sekarang masih hidup, dia tidak akan memberikan instruksi kepada para simpatisannya untuk mendukung PPP,” ujarnya.

Sebelumnya, PPP mengklaim telah mendapatkan dukungan dari keluarga Gus Dur. Apalagi, keluarga Gus Dur menurut mereka sudah memiliki hubungan yang cukup panjang dengan partai berlambang Kabah. Namun, Firman menilai klaim itu hanya sebagai bentuk pembelaan PPP untuk memuluskan rencana politik mereka di 2014.

Begitu pula halnya dengan PKB yang sekarang dipimpin oleh Muhaimin Iskandar. Firman berpendapat, partai ini jelas tidak layak menggunakan gambar Gus Dur sebagai atribut kampanye mereka lantaran sudah dicap sebagai pengkhianat

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement