Ahad 26 Jan 2014 18:32 WIB

Industri Babel Masih Dimonopoli SDA

  Kondisi hutan Belitung dengan lubang penambangan timah di Kepulauan Belitung, Provinsi Bangka Belitung.
Foto: Antara/Teresia May
Kondisi hutan Belitung dengan lubang penambangan timah di Kepulauan Belitung, Provinsi Bangka Belitung.

REPUBLIKA.CO.ID, PANGKALPINANG -- Perindustrian di Provinsi Bangka Belitung saat ini masih dimonopoli oleh perindustrian yang bersifat eksploitasi sumber daya alam seperti industri timah maupun industri karet.

"Kedua industri sumber daya alam ini dikhawatirkan tidak bisa bertahan lama terutama industri timah yang beberapa tahun lagi akan mengalami kehabisan sumber daya yang saat ini merupakan sumber pendapatan terbesar Provinsi Bangka Belitung," ujar karataker Kadin Provinsi Bangka Belitung, Johnnie Sugiarto, Ahad.

Ia mengatakan, Provinsi Bangka Belitung harus secepatnya melakukan pergeseran perindustrian dari indsutri sumber daya alam menjadi industri ekonomi kreatif yang semua prosesnya berdasarkan dari sumber daya manusia.

"Terciptanya industri ekonomi keratif akan membuka lapangan pekerjaan yang banyak bagi masyarakat, sehingga bisa menekan angka pengangguran dan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat," jelasnya.

Dikatakannya, salah satu contoh industri ekonomi kreatif yang bisa dikembangkan adalah industri yang berbahan baku eceng gondok yang bisa diolah menjadi tikar, tas maupun barang souvenir yang bisa dipasarkan hingga ke mal.

"Saat ini teknologi yang digunakan untuk perindustrian ekonomi kreatif sudah sangat maju, sehingga barang-barang yang dihasilkan mempunyai desain maupun kualitas yang sangat bagus," katanya.

Ia menilai, kebanyakan pengusaha yang ada di Bangka Belitung banyak membuka perindustrian yang hanya mengandalkan sumber daya alam daripada perindustrian ekono kreatif.

"Industri ekonomi kreatif saat ini masih banyak dalam bentuk usaha mikro kecil dan menengah, karena banyak pengusaha yang berfikiran kalau industri ekonomi kretaif akan mengahasilkan keuntungan yang kecil," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement