Jumat 24 Jan 2014 15:31 WIB

Sawah Terendam Air, Petani Harus Menanam Ulang

Rep: lilis handayani/ Red: Taufik Rachman
Petani membawa bibit padi untuk ditanam di persawahan.
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Petani membawa bibit padi untuk ditanam di persawahan.

REPUBLIKA.CO.ID,INDRAMAYU – Memasuki hari ketujuh, banjir masih merendam wilayah Kabupaten Indramayu, Jumat (24/1). Kondisi itupun membuat tanaman padi kemungkinan besar membusuk dan harus dilakukan tanam ulang. Namun, petani kesulitan mendapatkan benih untuk melakukan tanam ulang.

Wakil Ketua KTNA Kabupaten Indramayu, Sutatang, menyebutkan, pendataan terhadap sawah yang terendam banjir hingga kini masih dilakukan. Namun, diperkirakan sawah yang terendam banjir  mencapai sekitar 60 ribu hektare yang tersebar di 31 kecamatan.

‘’Tingkat keparahan banjirnya bervariasi di setiap kecamatan, ada yang parah, sedang dan ringan,’’ ujar Sutatang, kepada Republika, Jumat (24/1).

Menurut Sutatang, kemungkinan besar tanaman padi itu harus dilakukan tanam ulang. Pasalnya,banjir sudah berlangsung selama seminggu. Sedangkan tanaman padi akan membusuk jika sudah terendam dalam waktu tiga hari.

Namun, lanjut Sutatang, untuk melakukan tanam ulang itu, petani kesulitan memperoleh benih berlabel dengan kualitas unggul. Selain berebut dengan banyak petani, mereka juga sudah tidak memiliki modal tanam karena sudah habis digunakan untuk tanam sebelum banjir.

‘’Karena itu, petani nantinya akan menggunakan benih lokal yang mereka produksi sendiri. Padahal, benih itu berasal dari gabah yang mereka simpan untuk konsumsi,’’ tutur Sutatang.

Dampaknya, lanjut Sutatang, tanaman padi dari benih tersebut tidak memiliki ketahanan yang baik terhadap serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Selain itu, produktivitas padi juga dikhawatirkan akan turun.

Dengan menggunakan benih berlabel dan kualitas unggul, terang Sutatang, produktivitas padi rata-rata mencapai tujuh ton per hektare. Namun dengan benih yang diproduksi sendiri, maka produktivitas padi diperkirakan akan kurang dari tujuh ton per hektare.

‘’Para petani sih berharap ada bantuan benih berlabel dan kualitas unggul dari pemerintah,’’ tegas Sutatang.

Seorang petani di Kecamatan Sliyeg, Masdika, mengatakan, tanaman padinya baru berumur kurang dari satu bulan. Dia pun pesimis tanaman padinya akan bisa diselamatkan. Pasalnya, banjir belum benar-benar surut. ‘’Kalau membusuk, ya terpaksa harus tanam ulang,’’ tandas Masdika.

Masdika pun mengaku sudah tidak memiliki modal untuk tanam ulang. Dia berharap, ada bantuan benih dan pupuk dari pemerintah untuk meringankan bebannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement