REPUBLIKA.CO.ID, SAMARINDA -- Polresta Samarinda, Kalimantan Timur, tetap akan menyelidiki motif bunuh diri yang dilakukan ajun inspektur satu (Aiptu) AS Gultom yang menembak kepalanya sendiri.
"Walaupun personel itu akhinya meninggal dunia, tetapi proses penyelidikan untuk mengetahui motif ia melakukan upaya bunuh diri itu tetap akan berjalan," ungkap Kapolresta Samarinda Komisaris Besar Anthonius Wisnu Sutirta, Kamis sore.
Setelah sempat menjalani perawatan intensif di ruang ICU RSUD AW Syahranie Samarinda sejak Rabu siang (22/1) Aiptu AS Gultom, personel Polsekta Samarinda Ilir yang sehari-harinya bertugas melakukan pengamanan di Kantor Pegadaian Pasar Segiri, akhirnya meninggal dunia Kamis sore sekitar pukul 16. 30 Wita.
"Personel itu akhirnya meninggal tadi sore sekitar pukul 16. 30 Wita. Luka tembak di kepalanya terus mengalami pendarahan dan sejak kemarin (Rabu) kondisinya memang terus memburuk dan tidak pernah sadarkan diri hingga akhirnya dinyatakan meninggal," kata Anthonius Wisnu Sutirta.
"Hingga saat ini, kami belum mengetahui motif mengapa ia nekad menembak kepalanya sendiri sehingga proses penyelidikan akan terus kami lakukan agar
peristiwa seperti ini ke depan tidak terulang lagi," ujar Anthonius Wisnu Sutirta.
Polresta Samarinda lanjut Anthonius Sutirta juga akan kembeli mengevaluasi terkait penguasaan senjata api personel kepolisian.
"Bukan hanya dari masalah ini, tetapi sebelum diberi senjata api, setiap personel harus menjalani serangkaian tes termasuk psikotes, apakah anggota itu pernah bermasalah atau tidak serta pengecekan rutin. Setelah dinyatakan lulus serangkain tes tersebut baru diputuskan apakah personel itu layak diberi senpi atau tidak," katanya.
"Tetapi intinya, pengendalian diri personel sebagai manusia dalam menghadapi masalah menjadi hal yang utama," Ungkap Anthonius Wisnu Sutirta.
Aiptu AS Gultom menembak kepalanya sendiri dihadapan dua anaknya, pada Rabu, 08.15 Wita di rumahnya.
Sebelum menembak kepalanya sendiri, dia sempat menyalami kedua anaknya sementara saat kejadian itu, istrinya saat tengah di dapur sementara dua anaknya
yang lain tidak berada di rumah.
Melihat peristiwa itu, kedua anak dan istri Gultom kemudian meminta pertolongan kepada warga, kemudian polisi yang setiap hari melakukan tugas pengamanan di salah satu kantor Pegadaian di Kota Samarinda itu langsung dilarikan ke Rumah Sakit Islam Samarinda.
"Pelurunya tembus dari kepala bagian kanan hingga ke atas. Dia sempat dilarikan ke rumah sakit terdekat yakni ke Rumah Sakit Islam namun karena lukanya cukup parah kemudian dirujuk ke RSUD AW Syahranie," kata seorang personel Polresta Samarinda.
Polisi tersebut mengakui, selama ini Gultom memiliki riwayat stres.
"Orangnya pendiam dan memang selama ini dia diketahui mengalami stres," katanya.
Beberapa tetangga Aiptu Gultom mengaku, selama ini tidak pernah mendengar adanya pertengkaran dengan istrinya.
Bahkan, beberapa tetangganya sempat melihat Gultom mengantar anaknya ke sekolah kemudian berkeliling di kawasan perumahan.
"Sebelum peristiwa itu, pak Gultom sempat juga terlihat merokok di depan rumahnya kemudian tak lama terdengar suara letusan senjata api. Saat kami masuk ke rumahnya, dia sudah terluka parah di bagian kepala," ujar seorang warga.