REPUBLIKA.CO.ID, PEKALONGAN -- Lahan-lahan pertanian di sepanjang Pantura masih terendam air. Hujan yang mengguyur tiga hari berturut-turut hingga kemarin membuat lahan pertanian di sembilan kabupaten di Pantura terancam puso.
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Petani dan Nelayan Sejahtera Indonesia (PPNSI) Riyono menyebut pantauan di lapangan, banjir di Pekalongan sudah mulai surut. Namun yang masih parah adalah Pati, Demak dan Kudus.
"Hampir 20 ribu hektare lahan pertanian terendam air. Ancaman pusonya mencapai 50 persen," ujarnya saat dihubungi RoL, Kamis (23/1).
Riyono menjelaskan, sebagian besar lahan yang terendam memang masih berumur 5-15 hari. Saat ini petani sedang memasuki musim tanam.
Ia menyebut kelemahan petani tidak bisa serantak dalam menanam. Riyono sudah berkoordinasi dengan Dinas Pertanian untuk meminimalisir kerugian. "Perkiraan ruginya hampir Rp 6 miliar."
Banjir tahun ini dinilai belum separah tahun lalu. Sehingga belum mengganggu pasokan bahan pangan dan harga-harga. Namun jika air yang menggenangi Pati dan Demak tidak surut seminggu ke depan, gejolak harga pasti terjadi.
Ia juga menuntut pemerintah agar memperhatikan keseimbangan pembangunan terutama membangun jalan. Jalan di Pantura semakin tahun semakin tinggi. Namun tidak dibarengi dengan pembangunan irigasi yang baik di kanan-kirinya.
"Akibatnya air lari ke sawah semua," terangnya. Saat ini saja kondisi irigasi di pinggir jalan Pantura rusak separuhnya. Sementara yang lebih parah, masih banyak jalan yang tidak dilengkapi sistem drainase di pinggirannya. "Pemerintah masih tergagap antisipasi banjir ini."