Selasa 21 Jan 2014 17:44 WIB

Apa Menu Wajib Pengungsi Manado?

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Mansyur Faqih
  Beberapa petugas Palang Merah Indonesia (PMI) Sulut menggunakan perahu karet ketika membantu warga menyeberangai banjir di Kelurahan Wenang, Manado, Sulawesi Utara, Rabu (15/1).   (Antara/Fiqman Sunandar)
Beberapa petugas Palang Merah Indonesia (PMI) Sulut menggunakan perahu karet ketika membantu warga menyeberangai banjir di Kelurahan Wenang, Manado, Sulawesi Utara, Rabu (15/1). (Antara/Fiqman Sunandar)

REPUBLIKA.CO.ID, MANADO -- Hampir sepekan, belasan relawan Palang Merah Indonesia (PMI) di kantor cabang Sulawesi Utara memasak makananan bagi korban banjir bandang Manado. Dari dapur umum di kantor cabang PMI Sulawesi Utara, mereka bekerja membantu korban banjir agar bisa bertahan hidup. 

Saat Republika mengunjungi dapur umum PMI yang berlokasi di Jalan Raya Malalayang, Manado, semua relawan sedang sibuk dengan tugasnya masing-masing. Ada yang sedang membersihkan beras dari gabah, ada yang menanak nasi, menggoreng lauk, ada juga yang sedang mencuci piring. Sisanya tengah duduk-duduk melepas lelah. 

Di atas meja dapur terdapat baskom berisi setumpuk nasi bungkus yang siap dibagikan ke korban banjir. Lantas, apa menu wajib yang disediakan bagi para pengungsi?

Menu yang disediakan PMI hari itu adalah nasi putih dan nasi goreng. Lauknya ikan tongkol goreng yang oleh warga setempat disebut ikan malalugis. Namun, bukan ikan yang menjadi menu wajib bagi pengungsi, melainkan sambal rica-rica khas Manado. "Yang wajib ada itu bukan ikan, tapi sambal," kata Hengky, salah satu relawan PMI.  

Dia menuturkan, sekali pun dalam keadaan berduka setelah bencana, prinsip 'lebih baik tidak ada lauk dari pada tidak ada sambal' tetap dipegang teguh orang Manado. Tak sekali pun sambal luput dari menu. "Bagi orang Manado makan tidak ada sambal itu bukan makan," tambah dia.

Menurut Hengky, ia dan 11 relawan lain setiap hari memasak untuk 700 korban yang mengungsi di Posko Paal Dua. Untuk memenuhi kebutuhan warga sebanyak itu, dibutuhkan 50 kilogram beras per hari. Namun, beras sebanyak itu hanya cukup untuk dua kali makan saja, makan siang dan makan malam.

Hengky mengatakan, PMI masih  mensuply makanan siap saji bagi warga karena mereka tidak memiliki peralatan masak sendiri. Dapur umum PMI akan berhenti beroperasi ketika masyarakat sudah bisa memenuhi kebutuhan pangan mereka sendiri.

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement