REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pemerintah Kabupaten Sleman menjadikan Dusun Bakalan, Desa Argomulyo, Kecamatan Cangkringan sebagai museum alam untuk tujuan wisata dan pendidikan bencana. Dusun tersebut mendapat dampak paling parah saat erupsi Gunung Merapi 2010.
Dusun Bakalan dijadikan museum lantaran masih terdapat rumah-rumah yang mendapat dampak sapuan awan panas Gunung Merapi.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman, Julisetiono Dwi Wasito mengatakan, akses yang mudah ke Dusun Bakalan juga menjadi pertimbangan lokasi tersebut dijadikan museum alam.
"Rumah-rumah yang terkena lahar Merapi bisa menjadi daya tarik wisata selain bisa untuk pembelajaran geologi," ujarnya, Selasa (21/1).
Museum alam tersebut dinilai tidak hanya menyajikan sisa kedasyatan erupsi Gunung Merapi. Namun, masyarakat yang nanti berkunjung dapat mengetahui penanganan bencana. Saat ini, masyarakat dusun tersebut sudah mendiami lokasi hunian tetap yang disediakan pemerintah.
Kondisi alam di Dusun Bakalan dinilai masih asri untuk mendukung sebagai lokasi wisata. Pemkab Sleman meminta masyarakat untuk tidak mengambil pasir di sekitar dusun tersebut karena akan digunakan sebagai museum alam. "Pasir bekas erupsi itu bisa untuk bahan belajar tentang geologi," ujar Julisetiono.
Dusun Bakalan juga memiliki sejumlah fasilitas yang mendukung museum alam tentang penanganan bencana. Untuk penanganan banjir lahar dingin, dusun tersebut dilewati dam dan tanggul. "Penanganan dari aspek sosial dan ekonomi pasca erupsi Merapi juga bisa dilihat dari penduduk dusun yang menghuni huntap," ujarnya.
Pembentukan museum alam tersebut untuk mendukung acara kegiatan 'City of Volcano' yang akan diselenggarakan di Sleman pada September mendatang. Acara tersebut akan berisikan seminar dan kegiatan kunjungan mengenai penanganan bencana Gunung Merapi. Peserta seminar berasal dari dalam dan luar negeri.