REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Massa dari keluarga Hijiriah Abdul Hafid yang meninggal bersama bayinya di Rumah Sakit Bersalin Ibu Anak (RSIA) Fatimah, Makassar, Sulawesi Selatan, mengamuk dan memecahkan sejumlah kaca di RSIA tersebut, Sabtu (18/1).
Korban bersama bayinya yang masih di dalam perut ibunya tidak tertolong akibat keterlambatan pihak rumah sakit milik Pemerintah Provinsi Sulsel tersebut menangani pasien sehingga almarhum menghembuskan nafas terakhir di ruang ICU sekitar pukul 16.00 WITA. Almarhum kurang mampu dan tinggal di Batua Lama 17 nomor 4 Kecamatan Mangggala.
Sementara pihak rumah sakit berdalih tidak mempunyai peralatan memadai, padahal Rumkit tersebut salah satu terbaik di Makassar. Menurut Humas RSIA Fatimah dr Heriah, korban masuk pada Sabtu 18 Januari 2014 pukul 11.00 WITA dan mengalami sesak nafas. Pihak rumah sakit mencoba merujuk ke rumah sakit lain, namun semuanya penuh.
"Pasien saat itu sesak nafas dan kondisinya sudah tidak stabil, jadi harus dirujuk ke rumah sakit lain. Kita coba menghubungi tapi semua rumah sakit katanya penuh, jadi terpaksa kita rawat di ICU dan akhirnya ibu itu meninggal bersama bayinya," tuturnya.
Dia menyebutkan, pihak dokter RSIA Fatimah yang saat itu ditangani dr Irna telah berusaha menyelamatkan nyawa pasiennya. Bahkan dibantu para perawat mencoba menolong pasien tersebut tapi takdir berkata lain Hijiriah bersama anak dalam kandungannya meninggal dunia.
Salah satu angggota Satuan Polisi Pamong Praja Andi Patollangi menuturkan, saat itu puluhan massa datang ke rumah sakit, kemudian berteriak-teriak setelah mendengar kabar keluarganya meninggal dunia saat ingin bersalin. "Saya hanya mencoba menahan mereka jangan sampai merusak lebih banyak lagi, kaca loket pengambilan obat dan ruang dokter yang berhasil dirusak mereka. Saya tidak tahu persis kejadiannya seperti apa," tuturnya.
Sedangkan Mustafa yang saat itu membesuk menantunya saat kejadian mengaku melihat banyak massa yang masuk dan merusak sejumlah fasilitas rumkit dan berteriak-teriak sambil mengamuk.
"Ada enam orang saya lihat masuk dan lainnya berteriak teriak di luar. Beberapa orang saya lihat dari arah lorong 35 jalan Sungai preman berdekatan dengan rumah sakit ini, karena korban punya banyak keluarga disana," ucapnya.