REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banjir dan longsor yang menerjang Manado dan sekitarnya di Provinsi Sulawesi Selatan pada Rabu (15/1) lalu, meninggalkan luka yang dalam. Tak hanya bagi warga Sulut tapi juga bangsa Indonesia.
Berdasarkan data terbaru informasi dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sabtu (18/1) pada pukul 15.00 WIB, peristiwa banjir dan longsor di Manado itu telah mengakibatkan 20 orang warga meninggal dunia.
Dalam akun twitternya @BNPB_Indonesia, disampaikan jumlah korban meninggal sebanyak 20 orang, baik yang ada di Manado, Minahasa, maupun Tomohon, dan dua orang dilaporkan hilang atau belum diketahui keberadaannya.
Untuk kerugian materiil, jumlahnya juga cukup besar. Di antaranya jembatan yang terputus, rumah terendam dan tertimbun, serta puluhan mobil dan kendaraan lainnya yang hanyut dan terendam.
BNPB menyampaikan, sejumlah upaya terus dilakukan untuk membantu korban banjir dan longsor Manado, termasuk kesiapan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulut. Di antaranya, memberikan logistik berupa dapur umum, perahu, karet, tenda, matras, selimut, dan pelampung.
BNPB memberikan bantuan makanan tambahan perbaikan gizi untuk anak, tikar, paket lengkap makanan, family kits, kidsware, tenda gulung, paket kesehatan keluarga.
BNPB juga melaporkan, untuk masa tanggap darurat penanganan korban banjir dan longsor akan berlangsung hingga dua pekan sejak ditetapkan oleh Gubernur Sulawesi Utara pada Rabu (15/1).