REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim SAR dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) masih fokus dalam pencarian korban hilang. Termasuk juga kebutuhan pengungsi banjir bandang Manado.
Kepala Subbidang Tanggap Darurat BPBD Sulut, Kristian Lawtongan mengatakan, hingga Jumat (17/1) pukul 18.00 WIB, korban jiwa akibat banjir Manado menjadi 18 orang meninggal dan dua masih dinyatakan hilang.
Korban meninggal bertambah setelah ditemukan satu jenazah perempuan atas nama dr Olwin Oroh yang tertimbun longsoran di kota Tomohon. "Korban berada dalam mobil terkena longsoran dan masuk jurang," ujar Kristian kepada Republika, Jumat (17/1).
Untuk dua orang yang masih dinyatakan hilang, tim SAR terus melakukan pencarian. Daerah yang dicurigai dan fokus melakukan pencarian masih di seputar Tomohon. BPBD Sulut, juga masih fokus mengurus pengungsi. Total pengungsi hingga hari ini diperkirakan mencapai 10 ribu jiwa. "Tersebar di Manado, Minahasa Utara dan Kabupaten Minahasa."
Saat ini, tambahnya, banjir di perumahan sudah surut. Namun debit dan arus di sungai masih cukup deras. Untuk pengungsi, saat ini yang paling dibutuhkan adalah air minum dan makanan.
Relawan Palang Merah Indonesia (PMI) Anggun Permana Sidiq mengatakan, timnya sudah mendirikan dapur umum di Kecamatan Paaldua. Dapur umum ini bisa melayani 1.500 pengungsi setiap hari. Selain dapur umum, PMI juga mendirikan posko kesehatan di Tikala.
Seperti data BPBD, posko pengungsi PMI juga memerlukan air bersih, makanan bayi dan pakaian. "Setelah dapur umum dan posko kesehatan, kita turunkan bantuan air bersih," ungkapnya.
Anggun menerangkan banyak jembatan dan akses jalan terputus. Hingga saat ini posko PMI terus mengumpulkan daerah yang kemungkinan terisolasi bantuan akibat putusnya akses jalan.