REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi Klmatologi dan Geofisika (BMKG) melansir, banjir bandang yang melanda Provinsi Sulawesi Utara akibat anomali cuaca yang tidak lazim.
"Ada depresi atau tekanan udara dari Filipina yang dampaknya dirasakan di Sulawesi Utara," kata Kepala BMKG Andi Eka Sakya di Jakarta, Jumat (17/1).
Anomali cuaca yang tidak lazim tersebut yaitu siklon terjadi di sebelah utara yang pada umumnya mulai muncul pada Mei, November dan Desember, kemudian menghilang.
"Tapi ini terjadi pada Januari. Ini kejadian tidak umum yang kita sebut anomali," kata Andi seraya menambahkan, biasanya tekanan udara rendah atau siklon terjadi di belahan selatan.
Banjir bandang melanda Sulawesi Utara pada Rabu (15/1) sekitar pukul 11.55 WITA. Banjir terjadi di enam kabupaten/kota di Sulut secara bersamaan, yaitu Kota Manado, Minahasa Utara, Kota Tomohon, Minahasa, Minahasa Selatan, dan Kepulauan Sangihe.
Berdasarkan hasil analisis hujan ekstrem di wilayah Manado hingga mengakibatkan banjir bandang disebabkan adanya konvergensi atau pertemuan angin di wilayah Sulawesi Utara. Curah hujan yang tercatat di beberapa stasiun pengamatan meteorologi tercatat antara 87-215 mm per hari.
Andi menjelaskan, pola angin pada Senin (13/1) ada pusaran tekanan rendah di utara Indonesia tepatnya di Filipina. Depresi atau pusaran tekanan rendah ini berpengaruh pada sekitarnya, sehingga berdampak hujan intensitas sangat tinggi di utara Indonesia yaitu di Sulawesi dan Kalimantan.
"Ini membawa pola perubahan angin dan berpengaruh pada hujan di Sumatera, Jawa dan Nusa Tenggara," tambah dia. Menurut Andi, pola depresi tersebut sudah bergerak ke utara menjauhi Indonesia, sehingga hujan di Sulawesi Utara mulai berkurang.