REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON --Ketua Federal Reserve Ben Bernanke pada Kamis menegaskan bank sentral AS sangat siap untuk menangani setiap risiko dari stimulusnya, seperti inflasi tinggi dan gelembung aset.
Berbicara dua minggu sebelum mengakhiri masa jabatannya memimpin Fed -- termasuk menghadapi krisis ekonomi terburuk sejak 1930-an--Bernanke kembali menepis ketakutan terhadap tekanan inflasi yang terbangun dari kebijakan keuangan longgar selama lima tahun.
Dia juga mengatakan, Fed tidak yakin bahwa harga saham dan properti menjadi berlebihan meskipun pada tahun lalu naik besar di kedua pasar tersebut.
"Kami mengembangkan semua alat yang kita butuhkan untuk mengelola suku bunga, untuk mengetatkan kebijakan moneter, bahkan jika neraca tetap di tempat itu atau menjadi lebih besar," katanya dalam sebuah diskusi "Brooking Institution" bank sentral.
Dia mengacu pada pelonggaran kuantitatif pembelian obligasi bernilai triliunan dolar oleh The Fed yang telah menekan suku bunga jangka panjang.
"Itu berarti bahwa kami dapat menjalankan kebijakan moneter secara normal dan menghindari risiko inflasi yang tidak semestinya atau masalah-masalah lainnya," kata dia.
"Sementara, tentu saja, selalu mungkin bagi Fed untuk menaikkan suku bunga, bisa lambat atau terlalu dini dan sebagainya, saya pikir kami saat ini memiliki banyak alat."
Bernanke setelah delapan tahun menjad bos di Fed akan mengakhiri tugasnya pada 31 Januari. Ia mengatakan tidak menganggap inflasi sebuah kekhawatiran, menunjuk ke data indeks harga konsumen pada Kamis yang menunjukkan harga tetap jinak, dengan inflasi hanya mencapai 1,5 persen pada tahun lalu.
Adapun untuk aset-aset meningkat berlebihan, Bernanke mengatakan Fed "luar biasa sensitif" terhadap risiko itu setelah krisis keuangan,yang dimulai dengan pecahnya gelembung harga properti besar.