Rabu 15 Jan 2014 04:03 WIB

'Banjir Tak Akan Selesai Hanya dengan Usaha DKI'

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: A.Syalaby Ichsan
  Petugas Basarnas mengevakuasi korban banjir di kawasan Kampung Pulo, Jakarta, Ahad (12/1).  (Republika/Yasin Habibi)
Petugas Basarnas mengevakuasi korban banjir di kawasan Kampung Pulo, Jakarta, Ahad (12/1). (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banjir telah menjadi masalah struktural yang akarnya bercabang kemana-mana, seperti yang dikatakan oleh Andrinof Chaniago, pengamat kebijakan publik yang juga Ketua Umum Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia.

Ketidakseimbangan pembangunan, sistem kebijakan, ekosistem lingkungan  di daerah penderita banjir menjadi komplikasi yang membuat penyakit banjir belum juga sembuh.

Saat ini, daerah penderita banjir semakin meluas. Tidak hanya Jakarta, Bekasi, Tangerang, Depok, Karawang pun sekarang dilanda banjir berkat ketidakseimbangan struktural yang tidak ditindaklanjuti atau malah terkesan dibiarkan.

Jakarta, sebagai muara pergerakan air dari hulu menjadi daerah yang harus bergerak cepat. ''Jakarta hanya bisa berusaha untuk membuat air dari hulu itu tidak tergenang lama dan cepat terserap ke bumi atau disalurkan ke laut,'' ujar Andrinof. Gerakan yang dilakukan Jakarta beberapa tahun belakangan, diakui Andrinof cukup efektif dan jauh lebih baik.

Kebijakan menghempas Banjir seperti normalisasi sungai, perbaikan gorong-gorong, relokasi warga dari bantaran sungai, penambahan jumlah pompa hingga pengembalian fungsi waduk pluit, yang selalu disebut-sebut Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo diakui Andrinof telah berhasil mengurangi dampak cuaca ekstrem ini.

''Beberapa titik genangan sudah berkurang jika dibandingkan tahun lalu,'' kata dia.

Langkah darurat yang dapat menjadi solusi jangka pendek saat ini, tambah Andrinof, adalah penggunaan sebanyak-banyaknya pompa dan rekayasa cuaca. Sementara langkah lainnya terus dioptimalkan. Karena pada dasarnya, saat ini Jakarta tidak siap menghadapi cuaca ekstrem.

Dengan kebijakan tersebut, Andrinof mengatakan butuh waktu sekitar tiga tahun untuk mencapai Jakarta yang siap hadapi banjir. Namun, banjir tidak bisa selesai jika hanya Jakarta yang berusaha. ''Masalah struktural seperti ini memang perlu perbaikan besar-besaran,'' kata Andrinof.

Daerah Jawa Barat sebagai daerah hulu juga perlu melakukan upaya-upaya pengembalian fungsi lahan, seperti mengembalikan daerah resapan air. Pemerintah pusat juga harus mempercepat programnya mengembalikan fungsi ekosistem daerah resapan. ''Normalisasi sungai-sungai, penghijauan termasuk program membuat waduk Ciawi,'' kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement