Selasa 14 Jan 2014 14:49 WIB

Maulid Jadi Momentum Koreksi Misi Keumatan

Rep: Amri Amrullah/ Red: A.Syalaby Ichsan
Prof Dr KH Ali Mustafa Yaqub MA
Foto: Republika/Damanhuri Zuhri
Prof Dr KH Ali Mustafa Yaqub MA

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW memiliki makna penting bagi umat Islam Indonesia saat ini. Menurut Imam Besar Masjid Besar Istiqlal, Ali Mustafa Yaqub Maulid Nabi Muhammad SAW harus dimaknai sebagai koreksi misi keumatan Umat Islam saat ini.

"Di momentum Maulid Nabi Muhammad SAW kita harus mulai mengoreksi diri apakah misi keummatan kita sudah sesuai dengan misi kerasulan yang dibawa oleh Rasulullah," ujar Ali kepada RoL, Selasa (14/1). Ia mengingatkan, pentingnya koreksi misi keumatan ini untuk memaknai kembali pesan Rasulullah SAW.

Ali mengungkapkan, Rasulullah SAW sudah memberi sinyal akan datang dimana umat Islam tidak lagi menjadikan Rasulullah SAW sebagai teladan dan Islam sebagai pegangan hidup. "Kita harus khawatir kalau peringatan Rasulullah itu terjadi pada kita. Ini yang harus diwaspadai," ungkapnya.

Untuk itu, kata dia, introspeksi misi keumatan ini penting, apakah selama ini secara pribadi telah menjadi makmum yang benar dan mengikuti misi kerasulan Muhammad SAW.

"Atau malah sebaliknya, kita telah menelantarkan syariat dan anjuran Rasulullah, mengikuti hawa nafsu. Dan hanya menjadikan Maulid dan ibadah sebatas ritual dan seremonial."

Menurut dia, pesan ini juga harus disampaikan di saat Umat Islam mencari pemimpin di pemilu 2014. Ali menegaskan sebagai umat Islam, sudah seharusnya memilih pemimpin yang ideal atau mendekati ideal dari sisi kualitas kepemimpinan dan keagamaan.

Ia pun meminta Umat Islam tidak antipati memilih pemimpin, karena ini demi kepentingan Umat Islam yang mayoritas di Indonesia.

Hal senada di sampaikan Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Yunahar Ilyas. "Maulid adalah momentum kembali meneladani akhlaq Rasulullah," ujarnya.

Selain itu, menurut dia di momentum Maulid dan jelang pemilu mendatang, adalah pesan penting bagi umat Islam memilih pemimpin yang bisa meneladani sifat Rasulullah. 

Diantaranya, Shiddiq atau berintegritas, Amanah atau memiliki kredibiltas, tabligh atau komunikatif serta dekat dengan rakyat dan Fathanah atau kreatif dan inovatif.

"Umat Islam harus bisa menentukan pemimpin yang sangat peduli dengan kesejahteraan rakyatnya, tidak mementingkan diri sendiri," ujar Yunahar. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement