REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG--Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat rencananya akan mengembangkan keberadaan Bandara Citarate, di Kabupaten Sukabumi, salah satu cara pengembangan bandara tersebut ialah dengan menawarkan kepada para investor.
"Jadi untuk pengembangan Bandara Citarate itu, si investor bisa masuk sejak awal pembangunan karena saat ini pun Pemprov belum memasukkan Citarate dalam salah satu program di 2014," kata Kepala Bappeda Jabar Deny Juanda, di Bandung, Rabu.
Pihaknya optimis para investor akan tertarik untuk berinvestasi di Bandara Citarate karena besarnya potensi wisata di sana.
"Ke depannya Bandara Citarate kita coba tawarkan investor ke sana. Di sana itu ada wisata Penyu di Ujung Genteng," kata dia.
Ia menuturkan, rencana untuk menawarkan Bandara Citarate kepada investor ini berkaitan dengan rencana untuk mengaktifkan dan memperluas tersebut dengan tujuan untuk menunjang potensi wisata Ujung Genteng, Kabupaten Sukabumi.
"Jawa Barat memerlukan bandara-bandara penunjang atau bandara shuttle selain Bandara Internasional Jawa Barat di Kertajati," kata dia.
Terlebih, ujar Deny, potensi pariwisata di Provinsi Jawa Barat sangat banyak dan memerlukan fasilitas penunjang bandara untuk mempermudah aksesnya.
"Akhir-akhir ini Pak Wagub sedang giat-giatnya memunculkan pusat-pusat wisata di Jabar. Misalnya nanti ada 10 lokasi wisata unggulan di Jabar, tentu perlu shuttle," kata Deny.
Akan tetapi, menurut dia, rencana ini belum akan direalisasikan mengingat saat ini Pemprov Jawa Barat masih fokus membangun BIJB dan juga membenahi bandara Nusawiru Pangandaran.
Dikatakan dia, jika kedua bandara ini selesai, selanjutnya Pemprov Jawa Barat akan melanjutkan ke bandara lainnya salah satunya Citarate.
"Kan bandaranya sudah ada, sudah ada bandara perintisnya. Itu sudah lama, nanti kita besarkan diperluas. Tapi nanti, sekarang belum masuk baru mau dirumuskan. Setelah Kertajati, ke Nusawiru, nanti ke Citarate," katanya.
Ia menambahkan, salah satu yang harus ditelusuri dan diinventarisir terkait Bandara Citarate ini adalah lahan bandara, yakni mulai dari tanah milik siapa, seritifikatnya, dan yang lainnya.
"Hal ini yang penting ya, karena seperti Nusawiru kita baru tahu sekarang kalau ternyata itu bukan lahan kita. Tapi punya para carik desa. Di Kertajati juga sama. Sama di terminalnya itu lahan punya carik desa. Makanya kita coba ganti agar sepenuhya menjadi milik kita," kata Deny.