Ahad 12 Jan 2014 16:41 WIB

Kisah Singa Mati KBS Surabaya

  Dua perawat gajah memandikan dua ekor Gajah Sumatera di Kebun Binatang Surabaya (KBS).
Foto: Antara/Eric Ireng
Dua perawat gajah memandikan dua ekor Gajah Sumatera di Kebun Binatang Surabaya (KBS).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Beberapa hari terakhir ini Kebun Binatang Surabaya (KBS) kembali banyak dibicarakan, baik di tingkat nasional maupun internasional. Sebegitunya mendapatkan perhatian dunia, ada apa dengan KBS.

Kematian seekor singa Afrika berumur 1,5 tahun bernama Michael pada Selasa (7/1) yang dinilai tidak wajar itu seolah-olah menjadi penguat dari pemberitaan media asing "Daily Mail" yang menyebut KBS adalah "zoo of death" atau kebun binatang kematian.

Reporter Daily Mail Richard Sears yang saat itu mengunjungi KBS menggambarkan KBS sebagai tempat paling mengerikan dan kejam untuk hewan di dunia, bahkan dia menyebutnya "kebun binatang kematian" (zoo of death) karena mengetahui banyaknya hewan yang mati di KBS.

Humas Kebun Binatang Surabaya (KBS) Agus Supangat mengatakan singa tersebut mati bukan karena terkena penyakit, melainkan mati karena lehernya terjerat sling atau tali terbuat dari baja yang digunakan sebagai penarik pintu kandang.

"Petugas menemukan singa ini dalam kondisi sudah mati di kandangnya sekitar pukul 07.00 WIB. Kemungkinan singa itu terjerat sling saat malam hari," katanya.

Mendapati hal itu, lanjut dia, manajemen KBS langsung menerjunkan tim medis. Setelah dilakukan autopsi, terbukti singa itu memang mati akibat terjerat sling di bagian leher sehingga membuat binatang buas asal Afrika ini tidak bisa bernapas.

Michael sendiri bukan milik KBS yang kini dikelola Perusahaan Daerah Taman Satwa Kebun Binatang Surabaya (PDTS KBS). Singa itu adalah titipan dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jatim yang dititipkan ke KBS pada 28 Maret 2013.

Kini, dengan matinya Michael, koleksi singa di KBS sebanyak lima ekor, dengan perincian empat betina dan satu jantan.

Semenjak diambil alih pengelolaannya oleh Pemerintah Kota Surabaya, dalam triwulan terakhir atau sejak bulan Oktober hingga Desember 2013, total ada 30 satwa di KBS mati.

Sementara itu, Direktur Operasional dan Umum PDTS KBS, drh. Liang Kaspe mengatakan tidak ada tanda-tanda sakit pada singa tersebut.

"Dia sehat, lincah. Tapi kenapa saat ditemukan posisinya tergantung kawat, masih kita selidiki," katanya.

Apalagi, kata Liang, di dalam kandang tidak ada tangga, ataupun apapun yang bisa menjadikan untuk memanjat. Terlebih, saat ditemukan Michael tergantung layaknya digantung. "Kawat juga kaku, tidak lemas yang memungkinkan Michael terlilit saat meloncat," katanya.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyatakan kematian singa Afrika itu tidak wajar. Ia menengarai ada pihak-pihak yang punya kepentingan tertentu.

"Saya sepakat kematian singa tidak wajar. Tapi itu semua kewenangan pihak kepolisian, saya berharap penegak hukum bisa mengusut tuntas kasus ini," ujarnya.

Risma juga menjelaskan seluk-beluk persoalan yang selama ini melanda KBS. Tak dapat dimungkiri bahwa kondisi satwa KBS yang memprihatinkan lantaran adanya konflik berkepanjangan, yang hingga kini masih belum ada putusan resmi.

Keinginan Pemkot Surabaya mengambil alih pengelolaan KBS dengan tujuan ingin mengembalikan kejayaan kebun binatang yang sudah ada sejak zaman Belanda itu.

"Dulu, KBS bahkan sempat menyandang predikat kebun binatang terbesar di Asia Tenggara," katanya.

Setelah melewati proses panjang, kini KBS dikelola oleh Perusahaan Daerah Taman Satwa (PDTS) KBS. Risma mengatakan meski PDTS KBS baru mengelola KBS selama enam bulan terakhir, namun kondisi makanan serta kebersihan terbukti menjadi lebih baik.

PDTS KBS berusaha membenahi kondisi hewan-hewan yang ada dengan meningkatkan kualitas makanan dan perawatan. Tapi, pengelolaan yang dilakukan belum bisa maksimal karena masih terbentur sengketa.

Akhirnya, kata dia, pemkot memutuskan menggandeng Universitas Airlangga (Unair) Surabaya untuk melakukan audit terhadap KBS. Hasil audit tersebut dipakai untuk mengetahui mana yang bisa atau tidak bisa dilakukan. "Dari situ pemkot punya gambaran untuk pembenahan KBS ini," kata Risma.

Sementara itu, menanggapi berita salah satu media asing yang memuat tentang KBS yang memperlakukan koleksi hewannya secara kejam, Risma menyatakan bahwa hal tersebut tidak benar.

Hal ini dikarenakan artikel maupun foto yang ditampilkan sama sekali tidak menggambarkan kondisi KBS saat ini. Setelah dikroscek, ternyata foto-foto diambil setahun yang lalu.

Ketua DPRD Kota Surabaya M. Machmud mengatakan pihaknya menduga singa KBS mati karena sengaja digantung oleh pegawai sisa manajemen lama yang tidak suka dengan manajemen baru.

"Pembunuh singa harus digantung. Polisi rasanya mudah mencari pelaku. Ini pasti orang dalam," katanya.

Ia mengatakan tidak mungkin orang luar yang melakukan pembunuhan terhadap singa tersebut. "Mana ada orang luar yang berani mendekati singa, mana ada orang luar yang mengetahui posisi kandang singa," katanya.

Untuk itu, lanjut dia, pihaknya siap mendukung upaya polisi untuk mencari pelaku pembunuhan singa tersebut.

Penyelidikan

Tim investigasi dari Kementerian Kehutanan (Kemenhut) langsung turun guna melakukan penyelidikan terkait kematian singa Afrika yang diduga meninggal tidak wajar di Kebun Binatang Surabaya itu.

"Ini perintah dari Menteri Kehutanan untuk turun ke sini. Kami minta keterangan dari teman-teman di sini," kata Kepala Sub Direktorat Penyidikan Wilayah I Kementerian Kehutanan (Kemenhut) Suharyono.

Menurut dia, pihaknya juga memberikan apresiasi terhadap Perusahaan Daerah Taman Satwa (PDTS) KBS yang sudah mengambil langkah hukum dengan melaporkan kejadian tersebut ke Polrestabes Surabaya.

"Tentunya sesama penyidik dari kepolisian dan Kemenhut akan saling mendukung. Kita mendukung upaya kepolisian untuk segera mengungkap masalah ini," ujarnya.

Selain memeriksa kondisi kandang, Tim Kemenhut juga memeriksa sejumlah pegawai KBS yakni keeper (penjaga), kepala keeper, kurator dan direktur. Namun demikian, pihaknya belum memberi kesimpulan terkait kejadian ini.

Sebelumnya, Pemerhati Satwa Singky Soewadji menyatakan berdasarkan hasil investigasinya bahwa kematian singa akibat kecelakaan bukan pembunuhan.

"Hasil investigasi saya hari ini di KBS, dengan melihat dan mempelajari TKP serta mencermati lingkungan dan hasil outopsi, maka kesimpulan saya singa yang bernama Michael usia 2,5 tahun adalah akibat kecelakaan," katanya.

Menurut dia, pihaknya memperkirakan secara kronologis, singa saat itu dalam kondisi hiper aktif karena di depan kandangnya ada kandang Harimau Putih betina sedang dalam masa birahi.

"Tanpa disadari gerakan singa yang diluar kebiasaan ini menarik tali baja untuk pembuka pintu kandang yang seharusnya dibuat pada posisi di luar kandang," katanya.

Akhirnya, baja yang tertarik oleh singa pada saat kejadian itu membuat leher singa tersangkut saat melakukan gerakan yang sama dan berakibat fatal sehingga terjerat dan mati.

Singky mengatakan kejadian ini langka dan belum tentu terulang dalam 1.000 kasus yang sama dan juga merupakan kecelakaan. Ia menilai ada unsur kelalaian dalam hal ini.

"Saya tidak menemukan cara seseorang bisa dengan sengaja membunuh singa tersebut," katanya.

Sementara itu, Polrestabes Surabaya masih kesulitan mengungkap kasus kematian singa tersebut karena hanya mengandalkan keterangan-keterangan dari sejumlah saksi.

"Kami masih melakukan proses penyelidikan terhadap kasus ini dan fokus terhadap saksi berkompeten dan betul-betul fokus mengarah ke kejadian sebenarnya," ujar Kapolrestabes Surabaya Komisaris Besar Polisi Setija Junianta.

Ia sangat menyayangkan kondisi kandang singa berusia 2,5 tahun itu yang menjadi tempat kejadian karena sudah bersih dan rusak, sehingga aparat tidak bisa melakukan olah tempat kejadian perkara secara maksimal.

"Malah sudah bukan tidak steril lagi, tapi lokasinya sudah rusak. Ini yang sangat kami sayangkan, sehingga polisi hanya mengandalkan saksi-saksi di lapangan," katanya.

Meski kematian Michael diyakini karena ulah oknum tertentu, namun pihaknya mengaku belum bisa menyimpulkannya. Mantan Kapolres Sidoarjo itu juga menganalisa sebagai orang awam setelah mengetahuinya di media massa, kematian singa tersebut memang agak aneh.

"Tapi ini hanya analisa sebagai orang awam. Jangan dijadikan sebagai argumentasi untuk justifikasi polisi untuk mengungkap kasus ini," katanya.

Kendati demikian, pihaknya tidak akan berhenti mengusut kasus yang mengguncang KBS itu. Menurut dia, kematian satwa langka yang dinilai agak aneh ini menjadi perhatian khusus dan pihaknya yakin segera mengungkapnya, apalagi sudah menjadi sorotan internasional. (Abdul Hakim)

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement