Kamis 09 Jan 2014 23:15 WIB

Banjir Terjang Tiga Kecamatan di Kulon Progo

Banjir (ilustrasi)
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Banjir (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KULON PROGO -- Puluhan rumah warga di tiga kecamatan di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, hingga Kamis masih terendam banjir akibat sungai Haisero meluap oleh hujan deras yang mengguyur wilayah itu pada Rabu malam.

Daerah yang terendam banjir yaitu Desa Jatirejo dan Wahyuharjo di Kecamatan Lendah, Desa Tirtorahayu di Kecamatan Galur, dan Desa Gotakan di Kecamatan Panjatan.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kulon Progo Untung Waluyo, Kamis, mengatakan dengan musibah banjir ini diharapkan pemerintah desa menyampaikan laporannya ke BPBD untuk ditindaklanjuti.

"Bila banjir terkait dengan dampak luapan sungai, maka akan dikoordinasikan dengan Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO). Mengenai usulan penetapan SK Bupati untuk penerapan siaga darurat bencana, sampai hari ini masih proses di Bagian Hukum Setda," kata Untung.

Ia mengatakan, banjir ini merupakan kejadian kedua dalam sebulan terakhir, setelah sebelumnya juga terjadi pada 20 Desember 2013.

Konidisi banjir paling parah kali ini terjadi di Pedukuhan I Kemendung, Desa Gotakan, Panjatan. Selain menggenangi rumah warga, air juga menggenangi halaman Polsek dan Koramil setempat.

Salah satu warga, Adam Sumarno (50) mengatakan setidaknya ada 20 rumah warga di Pedukuhan Kemendung yang terendam hingga air masuk dalam rumah. "Ada sekitar 20 rumah yang terkena banjir, ketinggian air di dalam rumah ada yang sampai sekitar 25 centimeter, setinggi betis orang dewasa," kata Adam

Menurut Adam, seringnya terjadi banjir di wilayah Desa Gotakan karena luapan Sungai Haisero. Kondisi ini rutin terjadi setiap tahun saat musim penghujan, sehingga perlu penanganan serius dari Pemkab Kulon Progo, Balai Besar Wilayah Sungai, serta BNPB dan BPBD.

"Harusnya ini diprioritaskan oleh pemkab dan Balai Besar. Jelas ini Sungai Haisero perlu dikeruk karena endapannya sudah banyak, terakhir dikeruk 15 tahun lalu. Banjir ini rutin terjadi, seumur saya 50 tahun selalu banjir setiap tahun," katanya.

Selain menggenangi rumah warga, lanjut dia, banjir juga menggenangi lahan sawah, mengakibatkan gagal tanam untuk tanaman padi seluas sekitar 40 hektare.

"Akibat banjir 20 Desember lalu para petani harus menanam ulang benih padi, namun kini sudah kebanjiran lagi.?Akibat banjir ini seluas 40 hektare gagal ditanaminpadi. Kondisi ini sdah parah, petani udah lelah," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement