REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Salah satu dari delapan orang yang positif menderita tuberculosis multi drug resistant (TB-MDR) di Provinsi Riau menolak untuk menjalani pengobatan di rumah sakit setempat akibat frustasi.
"Alasannya karena dia adalah seorang sopir yang harus menghidupi kebutuhan keluarga sehingga tidak ada waktu untuk berobat secara rutin. Namun, menurut informasinya, dia frustasi karena penyakitnya tidak sembuh-sembuh," kata Risma, petugas medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad Provinsi Riau, di Pekanbaru, Kamis.
Menurut data rumah sakit, satu penderita TB-MDR tersebut merupakan warga Kecamatan Rumbai, Kota Pekanbaru, yang sebelumnya merupakan rujukan dari Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) setempat.
Untuk mendapatkan kesembuhan yang optimal, penderita TB-MDR harus menjalani pengobatan secara rutin setiap harinya melalui bimbingan tenaga medis khusus.
Selain harus minum obat secara teratur setiap harinya, kata dia, pasien atau penderita tersebut juga harus mengontrol kondisi fisiknya secara rutin.
"Penyakit jenis ini bukan main-main. Salah pengobatan atau bahkan lambat dalam penanganannya bisa menyebabkan kematian bahkan dalam waktu yang singkat. Lebih parah dibandingkan dengan penyakit HIV atau AIDS," katanya.
TB-MDR adalah jenis penyakit mematikan atau tuberculosis (TB) yang disebabkan oleh kuman mycrobacterium tuberclosis yang telah mengalami kekebalan terhadap obat anti tuberculosis (OAT).
Pasien yang terserang penyakit ini biasanya sulit disembuhkan karena kuman yang masuk dalam tubuh kebal terhadap obat-obatan. Namun jika menjalani pengobatan secara teratur dan mengonsumsi obat secara terus menerus, menurut ahli medis, pasien itu bisa sembuh secara total.