Kamis 09 Jan 2014 09:34 WIB

Pramono Edhie: Kenapa Tiap Pergantian Presiden Tak Ada Salaman

Rep: Irfan Fitrat/ Red: Mansyur Faqih
Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Jenderal (purn) Pramono Edhie Wibowo.
Foto: Antara/Reno Esnir
Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Jenderal (purn) Pramono Edhie Wibowo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peserta konvensi capres Partai Demokrat Pramono Edhie Wibowo menyentil masalah sederhana dalam pergantian presiden di Indonesia. Seingat dia, tidak ada salaman antara yang diganti dengan penggantinya.

"Ada salaman sampai Pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono), tidak ada," kata Pramono, di Sekretariat Komite Konvensi Capres Partai Demokrat. 

Menurut dia, tidak ada salam-salaman itu seperti membuat pemerintahan terputus. Padahal, bangsa Indonesia seharusnya tidak seperti itu dalam membangun negara.

Pramono meyakini, semua presiden Indonesia sejak zaman Sukarno hingga SBY ingin membuat negara lebih baik dan sejahtera. Terkait persoalan dan masalah yang terjadi selama pemerintahan masing-masing itu lebih karena kondisi serta situasi yang kurang tepat. 

"Tidak ada yang menjadi presiden ingin menghancurkan negara ini," ujar anggota Dewan Pembina Partai Demokrat itu.

Pramono sempat ditanya untuk mempertemukan SBY dengan Megawati Sukarnoputri. Muncul kabar hubungan kedua tokoh ini merenggang selepas perpindahan kekuasaan dulu. 

Menurut mantan ajudan Megawati saat menjadi presiden itu, komunikasi sebaiknya tetap terjalin dengan baik. "Kalau kedua belah pihak mau (bertemu) tidak masalah. Kalau satu pihak mau, satu tidak, itu jadi masalah," ujar mantan KSAD itu.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement