Rabu 08 Jan 2014 13:59 WIB

Imigran Somalia Mengaku Disiksa AL Australia

Satu dari sejumlah imigran gelap asal Srilanka yang dievakuasi Tim Basarnas melihat dari jendela kapal saat akan dipindahkan ke daratan, di Pelabuhan Teluk Bayur, Padang, Sumbar, Rabu (2/1/2013)
Foto: ANTARA
Satu dari sejumlah imigran gelap asal Srilanka yang dievakuasi Tim Basarnas melihat dari jendela kapal saat akan dipindahkan ke daratan, di Pelabuhan Teluk Bayur, Padang, Sumbar, Rabu (2/1/2013)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Mohamed Abdirashyd (18), salah seorang imigran asal Somalia mengaku bersama beberapa orang rekannya mendapat penyiksaan dari AL Australia saat perahu mereka dihalau masuk dan terus digiring masuk ke wilayah perairan Indonesia dekat Pulau Rote.

"Ada beberapa jenis penyiksaan yang dilakukan AL Australia terhadap kami. Jari kanan saya, dibakar dengan pemantik," katanya sambil menunjukkan luka bakar di tangannya kepada wartawan di Kupang, Rabu, setelah dievakuasi dari Pulau Rote.

Warga Somalia tersebut bersama 44 warga imigran lainnya dihalau masuk ke wilayah perairan Australia oleh patroli AL negara Kanguru, dan menggiring mereka masuk ke wilayah perairan Indonesia sekitar tujul mil dari daratan Pulau Rote pada Senin (6/1) dini hari.

Perahu yang ditumpangi para imigran gelap itu sempat ditahan selama sehari di wilayah perairan perbatasan antara Indonesia dan Australia oleh patroli AL Australia.

Pada saat itu, sejumlah imigran mengalami penyiksaan dari patroli AL Australia, seperti memegang mesin panas, membakar jari mereka dengan pemantik, dan lain-lain.

"Lihat ini bekas luka bakar yang dilakukan tentara Australia," kata Mohamed sambil menunjukkan bekas luka bakar di tangannya kepada wartawan di tempat penampungan sementara di sebuah hotel di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur.

Mahasiswa Universitas Somalia ini juga mengaku, selain dirinya, tiga rekan lainnya juga disiksa dengan cara memegang mesin kapal yang tengah mendidih.

"Akibatnya telapak tangan mereka melepuh. Penyiksaan dilakukan di atas salah satu kapal perang Australia," katanya melukiskan kisah kejam yang dilakukan patroli AL Australia.

Dia menceriterakan, perahu yang ditumpangi bersama sejumlah imigran lainnya, bertolak dari Kendari, Sulawesi Tenggara pada Minggu (8/12/2013) dan tiba di perairan yang diduga perbatasan Indonesia-Australia Selasa (10/12/2013).

Tiba-tiba, tambahnya, tiga kapal perang Australia langsung datang menghadang dan memerintahkan nahkoda kapal untuk menghentikan laju perahu tersebut.

Perintah penghadangan dan pemberhentian kapal di perairan itu selama tiga hari dan diawasi tiga kapal perang tersebut. "Selama ditahan, kami tidak dikasih makan dan minum," katanya.

Pascaterapung karena penahanan selama tiga hari di perairan itu, kapal perang AL Australia lalu mendorong kapal yang ditumpangi ke perairan Indonesia mendekati Pulau Rote.

Setelah terdampar, warga di daerah itu melaporkan ke polisi setempat dan mendapatkan pertolongan, dengan diberikan makan dan minum.

"Kami baru bisa makan setelah dalam perlindungan polisi Indonesia. Setelah itu kami dievakuasi ke Polres Rote Ndao dan menginap selama satu malam sebelum dievakuasi ke Kupang dan diinapkan di sebuah hotel di Kelurahan Kelapa Lima hingga kini," katanya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement