REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK -- Gubernur Kalimantan Barat Cornelis mengingatkan agar bantuan bagi korban bencana disampaikan kepada yang benar-benar mengalami bukan penerima fiktif.
"Ini menjadi penegasan gubernur saat memberi bantuan bagi korban kebakaran di Kecamatan Seluas, Kabupaten Bengkayang, Selasa (7/1)," kata Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Kalbar, Numsuan Madsun saat dihubungi di Pontianak, Rabu.
Saat peristiwa kebakaran yang terjadi pada malam pergantian tahun itu, tercatat 63 rumah toko ludes dengan jumlah keluarga yang terkena 61 KK atau 246 jiwa.
Selain itu, empat orang dari satu keluarga, dua diantaranya menderita luka bakar lebih dari 45 persen.
Gubernur, ia melanjutkan, bisa saja menyerahkan bantuan tersebut ke bupati di Pontianak.
Namun, ia menambahkan, bencana merupakan masalah kemanusiaan. "Sehingga Gubernur memutuskan untuk hadir. Kalau dihitung capek, beliau sangat capek setelah mengunjungi beberapa pulau terluar di Kalbar," kata Numsuan.
Gubernur paham bahwa korban dalam kondisi susah sehingga perlu diberi motivasi. Gubernur mengaku dapat merasakan usaha yang telah dibangun sedikit demi sedikit, selama bertahun-tahun hilang dalam sekejap.
Bahkan yang tersisa hanya pakaian di badan. "Tetapi kita harus bangkit. Caranya dengan bergotong royong untuk membangun kembali kehidupan ekonomi keluarga," kata Numsuan mengutip pernyataan Gubernur Cornelis.
Bantuan tersebut juga bagian dari gotong royong. Gubernur Cornelis berpesan kepada yang mengurus bantuan jangan asal menyalurkan.
"Salurkan kepada korban, jangan tebere' (dikasih) ke bukan korban," ujar dia.
Gubernur juga meminta kepada Pemkab Bengkayang untuk mempermudah korban kebakaran dalam mengurus surat-surat penting yang musnah dalam peristiwa itu.
Bahkan kalau memungkinkan biaya pembuatannya diberikan secara gratis. Hadir dalam kesempatan itu anggota Komisi IX DPR Karolin Margret Natasa, Ketua PMI Kalbar Frederika Cornelis, kepala satuan kerja perangkat daerah terkait.
Bantuan diserahkan gubernur kepada Bupati Bengkayang Suryadman Gidot. Diantaranya berupa beras, mie instan, selimut, sarung, seragam sekolah, dan kebutuhan lainnya. Sedangkan Karolin dan Frederika Cornelis masing-masing memberi bantuan berupa beras dan uang tunai.