REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jendral PDIP, Tjahjo Kumolo, meminta seluruh kader PDIP untuk tidak bergantung kepada figur Joko Widodo (Jokowi) dalam menjalankan kerja-kerja politik partai. Menurutnya kader PDIP harus mampu menjalankan kerja politik berdasarkan ideologi partai.
"Harusnya kader percara pada diri sendiri tidak menggantungkan pada popularitas seorang pemimpinnya," kata Tjahjo ketika dihubungi, Selasa (7/1).
Tjahjo menyayangkan sikap kader yang seolah-olah terlalu mengagungkan Jokowi. Itu misalnya bisa dilihat dari sejumlah poster para caleg yang lebih mengedepankan sosok Jokowi ketimbang Megawati Soekarno Putri. Padahal Megawati merupakan ketua umum partai. "Ada caleg yang pasang foto Jokowi besar-besar disamping foto dirinya. Tapi pasang foto ketua umumnya saja tidak mau," ujar Tjahjo.
Desakan sejumlah kader daerah agar Megawati segera mendeklarasikan Jokowi sebagai capres, belum tentu mewakili pendapat institusi PDIP di daerah. Tjahjo lebih melihat desakan itu sebagai pendapat pribadi para kader. "Yang bicara satu orang tapi diberitakan sudah mewakili seluruh fungsionaris partai. Kan tidak bisa begitu," katanya.
Tjahjo menegaskan partainya sudah memutuskan untuk menetapkan capres setelah pemilu legislatif 9 April. Dia yakin, Megawati selaku ketua umum partai akan bersikap cermat dalam memilih capres PDIP sekaligus momentum pendeklarasiannya. "Keputusan rakernas ke-III PDIP sudah menyerahkan keputusan capres cawapres kepada Ibu Ketua Umum," ujarnya.
Berkaca pada hasil survey terkini, Tjahjo membenarkan sosok Jokowi dan Megawati menjadi capres yang paling diinginkan publik. Namun, dia berharap seluruh kader PDIP bisa bersabar menunggu keputusan Megawati. "Kita memilih Presiden RI dan memilih Pemimpin nasional negara Indonesia yang besar yang berdaulat perlu hati-hati dan perlu cermat. Kalau hanya memilih capres mudah dan gampang," katanya.