Sabtu 04 Jan 2014 12:02 WIB

Isu Terorisme Resahkan Da'i

Rep: Erdy Nasrul/ Red: A.Syalaby Ichsan
Ceramah adalah salah satu metode dakwah (ilustrasi).
Foto: Antara/Feny Selly
Ceramah adalah salah satu metode dakwah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Dewan Pengurus Pusat Wahdah Islamiyah menilai isu terorisme meresahkan da'i. Keikhlasan mereka dalam berdakwah terusik karena penampilan dan aktifitas mereka dicurigai sebagai pelaku atau kaki tangan teroris.

"Isu terorisme meresahkan," jelas Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Wahdah Islamiyah, Ustaz Zaitun Rasmin, saat membuka Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) di Komplek Asrama Haji Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (4/1).

Pihaknya yang memiliki program tebar da'i nusantara kerap mendapat laporan ketakutan masyarakat terhadap aktifitas da'wah. Da'i yang seharusnya menjadi penerang umat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara menjadi dicurigai.

Meskipun para da'i bukan teroris, tidak pula berkaitan dengan aksi teror, tapi tetap saja ada pandangan yang sebelah mata terhadap mereka. "Karena ada kemiripan penampilan," jelasnya.

Berjenggot, kemudian bercelana cingkrang, berjubah, berpeci, kerap menjadi penampilan sehari - hari da'i, baik di kota maupun pedalaman.

Mereka kerap memakai nama-nama yang berasal dari Bahasa Arab, seperti Muhammad, Ahmad, Abdul, dan lainnya. Nama-nama seperti itu akan menjadi permasalahan dalam kepengurusan dokumen, seperti visa. "Itu yang terjadi," imbuhnya.

Sehari - hari mereka shalat di mushola atau masjid. Kemudian mengisi pengajian, mengajarkan anak - anak membaca alquran, dan menanamkan nilai - nilai keislaman yang rahmatan lil 'alamin.

Belum lagi semangat di dada mereka yang tetap merah putih. Melalui doktrin ukhuwah dan tasamuh yang tertanam di jiwa, mereka dakwahkan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan negara ini. Merekalah yang berdiri di garda terdepan dalam menanamkan nasionalisme dan kearifan agama. Sayangnya, terang Zaitun, hal itu terhapuskan karena adanya kecurigaan seperti terorisme.

"Isu ini bagi saya sangat meresahkan dan penyebarnya tidak bertanggungjawab," papar Wakil Ketua Majlis Ulama Indonesia Bidang Hubungan Internasional ini.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement