Senin 30 Dec 2013 08:12 WIB

Isu Politik dan Korupsi Dominasi Pemberitaan 2013

Survei bursa capres 2014
Foto: Antara
Survei bursa capres 2014

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Isu politik dan korupsi mendominasi pemberitaan media massa di Indonesia sepanjang 2013.

Direktur Komunikasi Indonesia Indicator (I2), Rustika Herlambang mengungkapkan sepanjang 2013, dari 2.027.311 pemberitaan media online di Indonesia, terdapat 253.718 berkisar tentang politik.

''Ekspose ini meningkat tajam dibanding tahun lalu yang berjumlah 149.703 pemberitaan, atau sekitar 12.475 pemberitaan per bulan. Bandingkan dengan tahun ini yang mencapai rata-rata pemberitaan 21.169 bulan. Ini artinya pemberitaan politik meningkat hampir dua kali lipat di tahun 2013,'' ujar Tika, panggilan akrab Rustika Herlambang, dalam siaran pers yang diterima ROL, Senin (30/12).

Menurut Tika, berita politik menguasai hampir 12,5 persen dari seluruh pemberitaan di Indonesia, di luar infotainment. ''Ketika 2014 semakin mendekat, perbincangan politik di Indonesia kian membuncah,'' ungkapnya.

Pemberitaan yang mengupas isu politik, kata dia, jauh lebih menonjol dibanding dengan topik korupsi atau topik kesehatan yang masing-masing menempati porsi 8,0 persen. Atau bahkan topik Capres yang hanya 0,2 persen porsi pemberitaan.  Tika menambahkan, politik sebagai sebuah tindakan kolektif untuk meraih dan menjalankan kekuasaan atas dasar nilai dan nalar kebaikan bersama nampaknya kurang terlihat dalam geliat pemberitaan sepanjang 2013.

Sebaliknya,  papar dia, 24,2 persen pemberitaan topik politik didominasi oleh kasus korupsi yang berhubungan dengan politik atau partai politik. ''Kasus korupsi bahkan menjadi isu terbesar topik politik melampaui berbagai isu yang banyak dikupas oleh media, seperti sengketa pilkada, politik berbiaya tinggi, parpol, calon legislatif, serta persoalan teknis DPT,'' cetusnya.

Berbagai temuan tentang potret politik dalam media online sepanjang 2013 tersebut telah diukur oleh Indonesia Indicator (I2). I2 adalah lembaga riset berbasis piranti lunak Artificial Intelligence (AI) untuk menganalisis fenomena politik, ekonomi, sosial di Indonesia melalui pemberitaan (media mapping).

Menurut Tika, monitoring dilakukan secara real time, 24 x 7 x 365, dengan cakupan 337 media online nasional dan daerah dalam waktu setahun, yakni 1 Januari 2013 – 29 Desember 2013, pukul 22.00 WIB. Metode pengumpulan dilakukan oleh perangkat lunak crawler (robot) secara otomatis dengan analisis berbasis AI, semantik, dan text mining.  

Tika menambahkan, keterlekatan politik dan korupsi bisa juga dilihat dari figur-figur yang banyak memberikan opini politik di ruang publik. Dalam topik politik, nama Anas Urbaningrum muncul sebagai influencer ke dua, setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ini artinya, Anas dianggap media sebagai narasumber terbanyak yang dikutip berkenaan dengan topik politik.

''Keterlekatan antara politik dan korupsi juga dapat dicermati dari isu atau pemberitaan korupsi yang kerap dihubungkan dengan masalah partai politik dan pemilu. Dalam topik korupsi, korupsi politik menempati isu terbesar. Dari 165.779 pemberitaan mengenai korupsi, 32,6 persen di antaranya berisi pemberitaan yang dikaitkan dengan partai politik, caleg, pilkada, dan pemilu,''cetus Tika.

Temuan ini, kata dia, semakin memperkuat dugaan bahwa korupsi menjadi habitus politik yang terkuak melalui media sepanjang 2013. Jika politik (parpol, caleg dan pemilu) merupakan sebuah kendaraan meraih kekuasan, korupsi menjadi salah satu jalan pintas yang banyak dipakai.

Setidaknya dalam tahun 2013, papar Tika, banyak tokoh yang selama ini terseret dan terjerat dalam kasus-kasus korupsi adalah orang-orang yang berafiliasi dengan partai politik tertentu, atau paling tidak terhubung dengan formasi kekuatan politik tertentu.

Dalam temuan I2 tentang korupsi, kasus terbesar korupsi yang paling dibicarakan adalah Hambalang 14 persen, Luthfi Hasan dan Sapi Impor 10 persen, serta 9 persen tentang suap MK. Mereka yang terseret dan terjerat dalam kasus korupsi adalah orang-orang yang berafiliasi dengan partai politik tertentu, atau paling tidak terhubung dengan formasi kekuatan politik tertentu.

“Kasus korupsi politik berhubungan dengan semakin besarnya kebutuhan pada pembiayaan politik menjelang pemilu 2014,” pengamat politik Ari Dwipayana dari UGM memberikan tanggapannya.

Tahun 2013 ditutup dengan tren peningkatan ekspose topik politik yang sepertinya akan terus berlanjut dan semakin memanas di tahun politik 2014.

''Tahun 2013 ini ditutup dengan tren peningkatan ekspose topik politik yang sepertinya akan semakin memanas di tahun depan,'' ungkap Tika.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement